Kebutuhan oksigen medis di DIY mencapai 55 ton per hari

id Oksigen,Medis,Yogyakarta

Kebutuhan oksigen medis di DIY mencapai 55 ton per hari

Sejumlah petugas menurunkan tabung berisi oksigen di Posko Darurat Oxygen Rescue, kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Senin (5/7/2021). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan posko tersebut untuk memenuhi kebutuhan oksigen di rumah sakit, melalui penyediaan tambahan tabung, isi ulang, dan distribusi tabung oksigen seiring masih tingginya kasus COVID-19 di Ibu Kota. (ANTARA/Aditya Pradana Putra.)

Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat kebutuhan oksigen medis di provinsi ini mengalami lonjakan signifikan selama pandemi COVID-19 dengan rata-rata mencapai 55 ton per hari.

"Kalau rata-rata (dalam kondisi) normal, tidak ada pandemi, 20 sampai 25 ton per hari, setelah pandemi berlipat menjadi dua sampai tiga kali lipat. Ini kita usahakan setidaknya per hari perlu 55 ton oksigen," kata Asisten Sekda DIY Bidang Perekonomian dan Pembangunan Tri Saktiyana saat konferensi pers secara virtual bersama Forum Wartawan Kepatihan, Yogyakarta, Senin.

Kebutuhan oksigen untuk keperluan medis tersebut, menurut Tri, mengalami lonjakan drastis khususnya sejak 2 Juli 2021.

"Sebagai contoh di RSUP Dr Sardjito itu kebutuhan oksigennya lima kali lipat dari kebutuhan oksigen ketika masa normal, sehingga tentu perlu upaya-upaya ekstra, upaya-upaya darurat," ujar dia.

Menurut dia, untuk pemenuhan oksigen medis yang melonjak tersebut, sejumlah kendala harus dilalui mulai dari birokrasi bisnis antar perusahaan pemasok, serta alat angkut yang terbatas.

Oleh sebab itu, diperlukan upaya koordinasi lintas sektor, baik pemerintah, rumah sakit, maupun perusahaan penyedia oksigen.

"Kalau pun bahan baku oksigennya ada, alat angkutnya terbatas dan untuk menjadi sopir alat angkut oksigen ternyata harus punya sertifikasi sendiri," kata dia.

Di sisi lain, DIY merupakan salah satu provinsi yang tidak memiliki pabrik produsen oksigen sendiri. Produksi oksigen di Jawa Tengah yang selama ini menjadi salah satu sumber pemasok pun sudah tidak mencukupi untuk kebutuhan dalam wilayahnya sendiri.

Sehingga dibutuhkan pasokan oksigen tambahan antara lain dengan mengalihkan oksigen yang sebelumnya dikhususkan untuk industri agar bisa digunakan untuk medis.

"Tapi switching (pengalihan) butuh waktu. Ini kira-kira dari Kementerian Perindustrian di tingkat pusat, Kementerian Kesehatan sedang berkoordinasi lebih erat lagi terkait pengalihan oksigen untuk medis menjadi nonmedis," kata dia.

Meski demikian, untuk memenuhi kebutuhan 55 ton oksigen per hari, rumah sakit di DIY telah menjalin kerja sama (MoU) dengan perusahaan penyedia yang ada di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

"MoU-nya perusahaan dengan pengguna yaitu dengan rumah sakit, kami memperkuat koordinasi dengan Kemenkes, Kemenperin, dan derah sekitar yakni Jateng, Jatim, dan Jabar," kata Tri Saktiyana.*


 
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024