Yogyakarta (ANTARA) - Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan tempat sampah ramah lingkungan yang mampu mengolah limbah masker medis menjadi bahan organik.
"Proses pengolahan sampah masker medis ini menggunakan cara yang paling ramah lingkungan karena tidak meninggalkan bahan yang sulit terurai di lingkungan," kata Ketua Tim Pengembang Muhammad Ardillah Rusydan melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Selasa.
Tempat sampah yang dikembangkan Ardillah bersama Gizela Aulia Agustin (Biologi), Isthafaina Dea Fairuz (Gizi Kesehatan), dan Asyifa Rizki Daffa (Teknik Nuklir 2020) lahir dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) UGM.
Tempat sampah ramah lingkungan itu, ujar Ardillah dibuat dengan menambahkan agen biodegradasi berupa mikroba Pseudomonas aeruginosa.
Limbah masker, kata dia, akan diurai oleh mikroba dalam waktu sekitar 10-14 hari. Meski proses degradasi memakan waktu yang lama, tetapi dengan pengembangan alat melalui penambahan sejumlah proses dapat mempercepat proses degradasi.
"Proses pemanasan dan penambahan nutrient serta penambahan jenis mikroba akan dapat mempercepat proses degradasi dari sampah masker medis," kata mahasiswa Fakultas Biologi UGM ini.
Ia mengatakan tempat sampah dilengkapi dengan "shredder" yang berada pada bagian atas yang berfungsi mencacah masker medis menjadi cacahan kecil.
Pada bagian bawah shredder terdapat sensor ultrasonik yang telah disambungkan dengan mikrokontroler dan sprayer.
Dengan begitu saat cacahan masker jatuh melewati sensor tersebut maka secara otomatis sprayer yang telah terisi dengan larutan bakteri akan menyemprotkan larutan tersebut ke arah cacahan masker medis.
"Di bagian dasar tempat sampah didesain sedemikian rupa agar cacahan masker yang telah terdegradasi oleh mikroba akan masuk ke tabung penampungan," kata dia.
Mahasiswa lainnya, Asyifa menambahkan ide awal pembuatan tempat sampah tersebut berawal dari keprihatinan terhadap banyaknya limbah masker medis.
Ia menyebutkan dari penelitian yang dilakukan Sangkham, 2020 menunjukkan adanya peningkatan penggunaan masker medis yang signifikan, yaitu 2.228.170.832 buah per 31 Juli 2020.
Dari jumlah tersebut, Indonesia menyumbang sebesar 159.214.791 buah sampah masker. Sementara peningkatan penggunaan masker medis dapat menyebabkan dampak buruk, salah satunya terbentuk mikroplastik yang mencemari lingkungan.
Kondisi tersebut kian diperparah dengan belum adanya kesadaran masyarakat untuk membuang masker medis sesuai pedoman yang benar di skala rumah tangga.
Ia menyampaikan penanganan yang selama ini dilakukan masih belum terlalu efektif karena masih menghasilkan polusi dan sulit untuk dijangkau oleh masyarakat luas.
"Harapannya alat yang kami kembangkan bisa menjadi solusi alternatif dalam mengurai persoalan limbah masker medis di masyarakat dan bersifat ramah lingkungan," ujar dia.
Berita Lainnya
PT PLN suplai listrik RS dukung destinasi wisata medis gaet turis
Selasa, 26 Maret 2024 14:01 Wib
Hati-hati, gejala autoimun ditandai sering lelah hingga rambut rontok
Rabu, 28 Februari 2024 6:53 Wib
Polisi minta rekam medis pemeran film porno, Siskaeee, ke RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Jumat, 23 Februari 2024 19:54 Wib
Presiden Ukraina Zelenskyy melegalkan ganja medis
Sabtu, 17 Februari 2024 17:23 Wib
8.362 faskes di Indonesia terkoneksi SATUSEHAT
Sabtu, 17 Februari 2024 6:05 Wib
KEK Sanur jadi akselerator ekonomi Indonesia
Rabu, 17 Januari 2024 1:56 Wib
Warga Palestina terima bantuan obat- perlengkapan medis dari RI
Rabu, 22 November 2023 4:41 Wib
Dukung penguatan layanan kesehatan, BCA serahkan bantuan alat medis kepada UGM
Rabu, 8 November 2023 23:56 Wib