Yogyakarta (ANTARA) - Sebanyak 278 tim robot dari 170 perguruan tinggi di Indonesia bertanding dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) 2021 yang digelar oleh Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Kompetisi digelar secara daring mulai 22 September hingga 1 Oktober 2021 dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai tuan rumah penyelenggara.
"Kita ditantang dimana kita pada jarak, dimensi, dan ruang yang berbeda ini mampu membuktikan tetap bisa terhubung meskipun secara virtual," kata Koordinator Pokja Dikti Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Rizal Alfian saat membuka Kontes Robot Indonesia (KRI) 2021 di Grha Sabha Pramana UGM, Yogyakarta, Kamis.
KRI mempertandingkan enam divisi yakni Kontes Robot Abu Indonesia (KRAI), Kontes Robot SAR Indonesia (KRSRI) yang sebelumnya bernama Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI), Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI), KRSBI Humanoid, Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI), dan Kontes Robot Tematik Indonesia (KRTMI).
Tim-tim terbaik di tingkat wilayah nantinya akan melaju berkompetisi kembali di KRI tingkat Nasional pada 12-17 Oktober 2021.
Melalui KRI 2021, Rizal berharap para mahasiswa tidak sekadar berlomba, namun memiliki semangat untuk menyelesaikan masalah dengan teknologi.
Ia menuturkan ajang KRI yang telah terselenggara sejak 1993 merupakan wujud nyata bagaimana kontes robot Indonesia mampu berkontribusi langsung bagi para mahasiswa dan mendorong mereka memiliki ketertarikan dalam pengembangan teknologi.
"Ini bisa memberikan dampak luar biasa, apalagi saat ini masih masa pandemi dimana pembatasan-pembatasan dilakukan. Tentunya hadirnya teknologi ini sangat membantu manusia," kata dia.
Salah satu dewan juri KRI, Prof Benyamin Kusumoputro dari Universitas Indonesia (UI) mengatakan bahwa tahun 2021 menjadi tahun kedua penyelenggaraan KRI secara daring.
Menurut dia, terdapat dua tantangan utama yang harus dihadapi dalam pelaksanaan KRI daring yakni fairness dan fairplay. Fairness berarti semua tim memiliki kemampuan teknologi dan infrastruktur yang sama. Sedangkan fairplay yaitu tim yang berkontes bisa bermain dengan jujur.
"Fairness itu dari infrastruktur harus bisa merata pada peserta dan tim mahasiswa yang bertanding harus bisa bermain secara fairplay," tuturnya.
Benyamin menyebutkan bahwa melaksanakan kompetisi daring secara fairness terbilang sulit karena terdapat ketidaksamaan infrastruktur di setiap wilayah Indonesia. Misalnya, terkait persoalan jaringan seperti terjadi delay di Pulau Jawa biasanya berlangsung 3-5 detik, tetapi di luar Pulau Jawa delay terjadi lebih dari 10 detik.
"Perbedaannya kelihatannya sedikit tidak masalah, tetapi karena kompetisi berlangsung secar real time maka perbedaan delay itu jadi persoalan," urainya.
Menanggapi adanya kerusakan jaringan karena putusnya kabel laut di kawasan Sumatera, Benyamin mengatakan ada perubahan proses penjurian. Penilaian akan dilakukan dengan mengambil rata-rata nilai dari beberapa kali pertandingan.
"Penjurian kita ubah karena takutnya saat tim bermain dapat giliran putus koneksi sehingga diambil beberapa kali pertandingan dan ambil rata-ratanya," ujar Benyamin.
Berita Lainnya
"Sold out, tiket pertandingan Indonesia vs Vietnam
Jumat, 8 Maret 2024 5:05 Wib
Petenis Alcaraz bekap Nadal di Netflix
Senin, 4 Maret 2024 7:30 Wib
Liga 1: Hasil pertandingan Persija Jakarta masih buruk
Minggu, 3 Maret 2024 5:34 Wib
Liga 1: PSS Sleman mampu kandaskan Persebaya
Sabtu, 2 Maret 2024 18:05 Wib
Pebulu tangkis putri berlaga di semifinal BATC
Sabtu, 17 Februari 2024 5:16 Wib
Pertandingan amal, Liverpool digawangi Eriksson
Rabu, 14 Februari 2024 6:48 Wib
Tari Saman meriahkan pertandingan Indonesia kontra Vietnam di Doha, Qatar
Jumat, 19 Januari 2024 22:54 Wib
Ginting bertempur di Malaysia Open 2024
Kamis, 11 Januari 2024 6:39 Wib