Harga minyak meroket

id harga minyak,minyak mentah,minyak berjangka ,minyak brent,minyak wti,pasokan opec,dolar

Harga minyak meroket

Ilustrasi: Ladang minyak Equinor di Johan Sverdrup, Laut Utara Norwegia. ANTARA/REUTERS/Nerijus Adomaitis/aa.

New York (ANTARA) - Harga minyak kembali melonjak pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dengan minyak mentah AS mencapai level tertinggi sejak 2014 dan Brent naik ke level tertinggi tiga tahun, setelah kelompok produsen OPEC+ tetap pada rencana peningkatan produksinya daripada menaikkannya lebih lanjut.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November bertambah 1,31 dolar AS atau 1,7 persen, menjadi menetap di 78,93 dolar AS per barel. Selama sesi harga minyak WTI melonjak lebih dari 2,0 persen hingga setinggi 79,48 dolar AS, terbesar dalam hampir tujuh tahun.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember terangkat 1,30 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi ditutup di 82,56 dolar AS per barel. Sebelumnya, Brent sempat mencapai level tertinggi tiga tahun di 83,13 dolar AS per barel.

Kedua kontrak memperpanjang keuntungan yang dibuat pada Senin (4/10/2021), ketika WTI melonjak 2,3 persen dan Brent melonjak 2,5 persen.

Pada Senin (4/10/2021), OPEC+ sepakat mematuhi pakta Juli untuk tetap meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari (bph) setiap bulan hingga setidaknya April 2022, menghapus 5,8 juta barel per hari dari pengurangan produksi yang ada.

"Pasar menyadari kita akan kekurangan pasokan untuk beberapa bulan ke depan dan OPEC tampaknya senang dengan situasi itu," kata Analis Price Futures Group, Phil Flynn, di Chicago.

Harga minyak telah melonjak lebih dari 50 persen tahun ini, menambah tekanan inflasi yang dikhawatirkan negara-negara konsumen minyak mentah seperti Amerika Serikat dan India akan menggagalkan pemulihan dari pandemi COVID-19.



Akhir bulan lalu, Komite Teknis Bersama OPEC+ (JTC) mengatakan pihaknya memperkirakan defisit pasokan 1,1 juta barel per hari tahun ini, yang bisa berubah menjadi surplus 1,4 juta barel per hari tahun depan.

Kelompok ini secara bertahap mengurangi rekor pengurangan produksi yang dibuat tahun lalu dan beberapa analis memperkirakan bahwa aliansi akan memperluas produksinya ke tingkat yang lebih besar untuk mengekang harga.

Meskipun ada tekanan untuk meningkatkan produksi, OPEC+ khawatir bahwa gelombang global keempat infeksi COVID-19 dapat menekan pemulihan permintaan, sebuah sumber mengatakan kepada Reuters sedikit sebelum pembicaraan Senin (4/10/2021).

Melonjaknya harga gas alam global, yang dapat mendorong beberapa pembangkit listrik untuk beralih dari gas ke minyak, berarti harga minyak mentah kemungkinan akan tetap didukung meskipun mungkin ada kemunduran jangka pendek, kata Direktur Riset Pasar Tradition Energy, Gary Cunningham.

"Saya pikir akan ada beberapa aksi ambil untung ... tetapi kita akan memasuki musim dingin dengan harga gas alam yang sangat tinggi," kata Cunningham, menambahkan bahwa dia memperkirakan Brent akan menemukan dukungan di sekitar 80 dolar AS dan WTI pada pertengahan 70-an dolar AS.

Investor akan melihat data persediaan minyak mentah pada Rabu waktu setempat dari Badan Informasi Energi AS (EIA) untuk arahan lebih lanjut.

Persediaan minyak mentah dan sulingan AS kemungkinan akan turun minggu lalu, sebuah jajak pendapat awal Reuters menunjukkan.
 
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024