Peneliti: Peran hulu migas terhadap realisasi investasi cukup besar

id migas

Peneliti: Peran hulu migas terhadap realisasi investasi cukup besar

Direktur Eksekutif Reformainer Institute Komaidi Notonegoro pada NoBaper (Nongkrong Bareng Pertamina) (ANTARA/HO-PPN)

Yogyakarta (ANTARA) - Peran sektor hulu minyak dan gas (migas) terhadap total realisasi investasi migas di Indonesia cukup besar, kata Direktur Eksekutif Reformainer Institute Komaidi Notonegoro. 

"Porsi investasi hulu dalam total realisasi investasi migas Indonesia selama periode 2015-2020 rata-rata sekitar 89,30 persen," katanya pada NoBaper (Nongkrong Bareng Pertamina) yang diselenggarakan PT Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah, di Yogyakarta, Jumat.

NoBaper (Nongkrong Bareng Pertamina) dibuka oleh Executive GM Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah Putut Andriatno.

Komaidi mengatakan, investasi migas, terutama investasi hulu migas memiliki peran penting terhadap besaran realisasi investasi di Indonesia. Jika dibandingkan dengan total realisasi investasi yang dicatat oleh BKPM, rata-rata realisasi investasi hulu migas selama periode 2015-2020 sekitar 26,75 persen dari total realisasi investasi seluruh sektor ekonomi di Indonesia.

"Pola realisasi investasi hilir migas mengikuti pola realisasi investasi hulu migas. Ketika investasi hulu meningkat, investasi hilir migas juga meningkat. Demikian pula sebaliknya," kata Komaidi.

Ia mengatakan investasi sektor hulu migas tidak hanya penting bagi sektor hulu migas itu sendiri, tetapi memiliki peran penting bagi sektor pendukung dan sektor penggunanya.

Berdasarkan analisis IO, jumlah sektor pendukung yang terkait dengan kegiatan usaha hulu migas sebanyak 73 sektor. Sedangkan sektor penggunanya adalah 45 sektor.

"Sektor pendukung industri hulu migas membentuk 55,99 persen PDB dan menyerap 61,53 persen tenaga kerja Indonesia. Sementara sektor pengguna membentuk 27,27 persen PDB dan menyerap 19,34 persen tenaga kerja," kata Komaidi.

Sementara itu, Kepala Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Deendarlianto mengatakan, dengan adanya kebijakan perpajakan kendaraan berbasis emisi CO2 dan insentif kendaraan rendah karbon, maka akan terjadi pergeseran segmentasi pasar.

Hal ini, menurut Deendarlianto yang juga Guru Besar Fakultas Teknik UGM, akan berdampak pada konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dan emisi CO2 (karbondioksida).

"Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa konsumsi BBM dan emisi CO2 bisa diturunkan sebesar 30,8 persen dan 33,2 persen. Hasil ini juga telah melampaui target yang dicanangkan pemerintah bagi sektor otomotif," katanya.