BKKBN menggelar layanan metode operasi wanita tarik masyarakat DIY ikut KB

id Bkkbn,stunting,DIY,MOW,program kb,kb

BKKBN menggelar layanan metode operasi wanita tarik masyarakat DIY ikut KB

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo saat memberikan kata sambutan di DI Yogyakarta. (ANTARA/HO-BKKBN)

Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Metode Operasi Wanita (MOW) guna menarik minat masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengikuti Program KB.

“KB penting untuk mencegah stunting. Kunci menurunkan stunting asalkan jumlah anak jangan terlalu banyak dan jaraknya jangan kurang dari tiga tahun. Kalau kurang dari tiga tahun jaraknya cenderung stunting dan autis,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
 

Acara dengan tema “Gebyar Pelayanan KB Metode Operasi Wanita” itu, digelar untuk memperingati Hari Keluarga Nasional ke-29 sekaligus TNI Manunggal Membangun Desa. Acara diadakan pada Sabtu (28/5) di RSKIA Sadewa, Sleman, DI Yogyakarta dan berhasil menarik minat 166 akseptor untuk mengikuti KB MOW.

Berdasarkan data yang dimiliki oleh BKKBN, program penanganan kekerdilan pada anak (stunting) sekaligus program KB di DIY dapat dikatakan mampu menjadi percontohan secara nasional.

DIY menduduki peringkat ketiga secara nasional daerah dengan angka prevalensi stuntingnya terendah yakni 16 persen.
 

Hasto turut mengatakan bahwa Program KB merupakan kunci penting untuk melindungi anak dari kekerdilan yang terjadi akibat kurang gizi tersebut.

Pelayanan KB MOW yang pertama kali digelar di DIY itu, kata Hasto, adalah wujud keseriusan BKKBN terhadap pengendalian penduduk dan pembangunan keluarga.

Oleh karenanya, pihaknya akan terus menggenjot minat masyarakat Indonesia untuk dapat mengatur jarak kehamilan yang menjadi salah satu faktor kekerdilan melalui program KB.

“Stunting di DIY itu sudah 16 persen. Daerah yang terendah adalah Bali, kedua DKI dan terendah ketiga DIY. Oleh karena itu, BKKBN akan terus menggenjot Program KB di seluruh daerah,” kata Hasto.
 

Seorang akseptor KB MOW dari DIY, Desi (43) mengapresiasi acara tersebut karena bisa mendapatkan edukasi dari tim pendamping keluarga (TPK) di desanya dan merasa lebih percaya diri untuk mengikuti Program KB itu.

“Sebelumnya saya KB suntik. Lelah kalau setiap bulan suntik terus. Kemudian dapat informasi katanya KB MOW ini lebih bagus, tidak mengganggu hormon,” kata Desi.

Sementara Direktur RSKIA Sadewa Joko Hastaryo menekankan Program KB MOW yang pertama kali digelar di rumah sakitnya pada seluruh akseptor, tidak meminta biaya apapun karena dana kegiatan sudah ditanggung oleh BKKBN.

“Seluruh pembiayaan ditanggung BKKBN. Gratis, malah dapat uang pengganti transpor,” ujar Joko.
 

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024