Petani Demangrejo Kulon Progo panen raya bawang merah seluas 60 Ha

id Bawang Merah ,Demangrejo ,Kulon Progo,DPRD Kulon Progo

Petani Demangrejo Kulon Progo panen raya bawang merah seluas 60 Ha

Panen raya bawang merah di Desa Demangrejo, Kabupaten Kulon Progo, Rabu (28/9). (ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Petani Desa/Kalurahan Demangrejo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, panen raya bawang merah di lahan seluas 60 hektare dengan harga jual Rp18,40 miliar.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sido Rukun Seniya di Kulon Progo, Rabu, mengatakan tahun ini, harga bawang merah saat panen cukup bagus, yakni lahan seluas 2.500 meter, panen bawang merah dihargai sekitar Rp27 juta hingga Rp30 juta tergantung kualitas bawang merah.

"Di Bulak Srikayangan, khususnya di Desa Demongrejo ada lahan bawang merah seluas 60 hektare yang saat ini sudah dibeli oleh tengkulak. Berdasarkan laporan kelompok tani, sampai sore ini dengan luasan lahan 60 hektare terjual pada kisaran Rp18,40 miliar," kata Seniya.

Ia mengatakan bertanam bawang merah menjadi daya tarik bagi petani milenial karena secara ekonomis dalam keadaan normal lebih menguntungkan dari pada komoditas yang lainnya.

Selain itu, tanaman bawang merah umurnya pendek dan pemasaran mudah, serta menyerap tenaga kerja.

Namun ada kendala yang dihadapi petani yakni harga benih dan saprodi bawang merah sangat mahal. Selain itu, kesulitan mencari tenaga kerja pada musim tanam, belum mempunyai jalan usaha tani yang memadai hingga serangan hama.

"Kami sangat berharap ada bantuan percepatan pembangunan jalan usaha tani untuk mempermudah aktivitas petani dalam menanam bawang merah. Kami juga berharap dipermudah mendapatkan pupuk bersubsidi," katanya.

Petani bawang merah Pargio berharap Bendung Drigul segera difungsikan, memberikan kemudahan petani membeli pupuk bersubsidi dan non-subsidi.

"Kami juga berharap akses jalan tani yang memadai," katanya.

Ketua DPRD Kulon Progo Akhid Nuryati mempersilakan bawang merang mengajukan proposal pembangunan jalan usaha tani ke DPRD.

"Silakan mengusulkan dan membuat proposal pembangunan jalan usaha tani. Kami tidak janji, tapi kami akan mengupayakan pembangunannya," kata Akhid.

Ketua Komisi II DPRD Kulon Progo Yuliyantoro mengatakan petani Bulak Srikayangan yang meliputi Desa Srikayangan, Desa Demangrejo, Desa Sukoreno dan Tuksono, hingga Kedungsari (Pengasih) hanya berharap pemerintah mempermudah petani mendapatkan pupuk dan Saprodi, serta ketersediaan air.

"Itu masalah klasik yang diharapkan oleh petani bawang merah setiap masa tanam dari Agustus sampai akhir September," katanya.

Selain itu, petani mengharapkan ketersediaan bibit saat memasuki masa tanam. Seharusnya, Pemkab Kulon Progo menyediakan benih bawang merah di Kulon Progo. Berdasarkan perhitungan, potensi lahan bawang merah seluas 500 hektare membutuhkan anggaran Rp50 miliar untuk benih.

"Saat masa tanam Agustus ini, uang Rp50 miliar tersebut lari ke Nganjuk (Jawa Timur)," katanya.

Persoalan lainnya, yakni penanganan pasca panen. Bawang merah ditebas/dijual ditempat. Pembeli mayoritas berasal dari luar daerah. Pembeli lokal hanya sedikit sekali.

"Kami berharap pedagang lokal dibina, kami kira akan menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak lagi," katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY Sugeng Purwanto mengatakan persoalan ketersediaan pupuk di tingkat kios adalah kewenangan Dinas Perdagangan. Namun demikian, pihaknya akan mengkonsumsi dengan dinas yang membidangi.

"Setiap ada persoalan kelangkaan pupuk bersubsidi, kami yang dicari. Padahal kami hanya menyiapkan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) dan Rencana Definitif Kelompoktani (RDK)," katanya.

Ia juga berharap kepada petani supaya tidak menjual lahan pertanian setelah dibangun jalan usaha tani. Ketahanan pangan harus tetap dijaga.

"DIY setiap tahunnya terjadi alih fungsi lahan 250 hektare. Kami mengingatkan kepada Pemkab Kulon Progo untuk mewaspadai potensi alih fungsi lahan dengan adanya Bandara Internasional Yogyakarta, jangan sampai ketahanan pangan terganggu," katanya.
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024