Jakarta (ANTARA) - Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto memberikan kenaikan pangkat luar biasa (KPLB) kepada personel TNI AL yang terlibat dalam pengungkapan kasus penyelundupan narkoba seberat 2 ton.
"Semua orang berhak mendapatkan penghargaan apabila dia berprestasi, jadi memang sepatutnya, prajurit-prajurit yang berprestasi itu diberikan reward," kata Agus dalam siaran pers resmi Mabes TNI dalam acara pemberian kenaikan pangkat di Geladak Helly Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Bung Karno (369), Kamis.
Tercatat ada 16 prajurit yang menerima apresiasi dari Panglima TNI, terdiri dari tujuh prajurit mendapat prioritas untuk melanjutkan pendidikan dan sembilan prajurit menerima KPLB.
Panglima Koarmada (Pankoarmada) I Laksamana Muda TNI Fauzi mengatakan pengungkapan kasus penyelundupan 1,9 narkotika jenis sabu dan kokain --naik menjadi 2 ton setelah penghitungan ulang-- di Perairan Karimun, Kepulauan Riau tersebut merupakan hasil kolaborasi berbagai pihak.
Fauzi mengatakan narkoba itu disita setelah sebelumnya dibawa oleh kapal ikan asing (KIA) berbendera Thailand di Selat Durian, Perairan Tanjung Balai Karimun, Kepri.
Jenderal TNI bintang dua itu memaparkan, pengungkapan ini berawal dari informasi intelijen yang diterima pada 13 Mei.
Informasi tersebut ditindaklanjuti oleh Tim Fleet One Quick Response (F1QR) Pangkalan TNI AL Tanjung Balai Karimun (TBK) dengan melakukan tugas pengawasan dan menemukan kapal bernama Aungtoetoe 99 pada Rabu (14/5) malam melakukan aktivitas mencurigakan.
Prajurit Lanal Tanjung Balai Karimun kemudian mengadakan pemeriksaan dan menemukan 95 karung mencurigakan yang terdiri atas 35 karung kuning dan 60 karung putih.
Setelah dilakukan uji laboratorium oleh Tim Bea Cukai Kepri, karung tersebut berisi narkotika jenis kokain seberat 1.200 kg dan methaphetamine (sabu) seberat 705 kg. Narkotika tersebut dikemas dalam kotak teh China warna hijau (sabu) dan merah (kokain).
Selain mengamankan barang bukti narkotika, Tim F1QR Lanal TBK juga mengamankan lima orang kru kapal, yang terdiri atas satu warga negara Thailand (kapten kapal) dan empat warga negara Myanmar yang seluruhnya tidak membawa dokumen resmi.