Diversifikasi pasar diperlukan di tengah konflik Iran-Israel

id Disperindag DIY,Yogyakarta,ekspor,dampak perang Iran-Israel

Diversifikasi pasar diperlukan di tengah konflik Iran-Israel

Perajin membawa kerajinan berbahan baku serat alam yang siap dipasarkan di Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kapanewon Minggir, Minggir, Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu (29/12/2021). UPK yang beroperasi sejak tahun 2017 itu telah mampu mengekspor kerajinan berbahan baku serat alam karya warga sekitar Kapanewon Minggir ke sejumlah negara seperti Australia, Inggris dan Belanda. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/aww.

Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta para eksportir di provinsi itu segera melakukan diversifikasi pasar guna mengantisipasi dampak konflik Israel-Iran terhadap jalur ekspor ke Timur Tengah.

"Diversifikasi pasar ekspor untuk mengurangi ketergantungan pada pasar tertentu," ujar Kepala Disperindag DIY Yuna Pancawati di Yogyakarta, Selasa.

Dia memastikan konflik di kawasan Timur Tengah belum menunjukkan dampak langsung terhadap kinerja ekspor di DIY.

Namun, jika perang tersebut berlangsung lama, dia khawatir akan menimbulkan hambatan baru dalam perdagangan global, termasuk ekspor dari provinsi ini.

"Untuk saat ini belum terlihat dampaknya, karena perang baru saja terjadi. Semoga perang Israel-Iran segera berhenti sehingga tidak menambah persoalan baru bagi perdagangan global yang hingga saat ini masih sangat terdampak oleh adanya perang Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas," kata Yuna.

Baca juga: JIFFINA 2025 memperkuat daya saing industri kerajinan di kancah global

Menurut dia, keamanan kawasan sangat penting untuk menjamin kelancaran kegiatan ekspor.

Apabila terjadi pemblokiran wilayah atau pembentukan sekutu akibat perang, menurut dia, tidak menutup kemungkinan ekspor barang dari DIY ke Timur Tengah bisa terhambat.

"Kalau terjadi blok atau sekutu akibat perang, tentunya bisa menghambat ekspor DIY," ujar dia.

Selama ini, Yuna mencatat ekspor dari DIY ke Timur Tengah mengalami peningkatan, terutama ke tiga negara utama yaitu Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Mesir dengan komoditas ekspor paling dominan antara lain makanan olahan seperti keripik pisang dan biskuit granola, serta produk furnitur.

Baca juga: Rini Indriani: Mari ibu-ibu belajar membuat kerajinan enceng gondok

Untuk meminimalkan risiko gangguan ekspor akibat ketegangan geopolitik, dia mengimbau pelaku usaha di DIY tidak hanya fokus pada diversifikasi pasar, tetapi juga meningkatkan efisiensi dan melakukan manajemen risiko secara menyeluruh.

"Selain diversifikasi, pelaku usaha juga harus melakukan pengelolaan risiko yang efektif untuk mengantisipasi kemungkinan gangguan pada rantai pasokan dan kenaikan biaya logistik," kata dia.

Dia juga menyarankan agar para pelaku industri mulai meningkatkan efisiensi produksi dan logistik.

"Meningkatkan efisiensi produksi dan logistik tujuannya untuk mengurangi biaya dan meningkatkan daya saing," ucap Yuna Pancawati.

Baca juga: Kemenperin menggelar pelatihan berbasis kompetensi bagi pelaku ekraf DIY

Pewarta :
Editor: Nur Istibsaroh
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.