Hikmah di balik langit runtuh Buduran, Sidoarjo

id Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, pesantren roboh, Basarnas, BNPB Oleh M. Riezko Bima Elko Prasetyo

Hikmah di balik langit runtuh Buduran, Sidoarjo

Keluarga korban bangunan mushalla ambruk menunggu informasi terbaru dan perkembangannya di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (4/10/2025). Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menyatakan total korban tercatat sebanyak 167 orang, 118 orang telah ditemukan dengan rincian 103 orang selamat, 14 orang meninggal dunia dan satu orang kembali ke rumah tanpa memerlukan penanganan medis lanjutan dan sebanyak 49 orang diduga masih tertimbun material bangunan. ANTARA FOTO/Umarul Faruq/tom.

Bukan tidak memiliki teknologi modern, tapi semua dilaksanakan tim penyelamat demi asa mengevakuasi santri dengan selamat. Petugas memutuskan evakuasi dengan manual. Suara mesin pemotong besi bercampur dengan teriakan instruksi untuk berhati-hati karena setiap getaran berisiko memicu runtuhan baru.

“Lokasinya sangat berisiko. Kami harus masuk manual, bahkan merayap tiga jam untuk menembus sisa bangunan,” kata Direktur Operasi Basarnas, Yudhi Bramantyo di posko media center darurat.

Malam tiba, tapi evakuasi tetap berlanjut. Lampu sorot dipasang, menyinari puing yang menelan banyak santri. Bau debu dan keringat bercampur jadi satu, tetapi tak ada kata mundur. Setiap tubuh yang ditemukan, entah hidup atau tidak, disambut doa lirih dan sorakan kecil bercampur haru.

Baca juga: Basarnas kembali evakuasi empat korban Ponpes Al Khoziny

Lebih dari seabad

Pesantren Al-Khoziny sendiri bukan sekadar lembaga biasa. Berdiri sejak 1920 oleh KH Khozin, seorang ulama kharismatik yang merupakan menantu pengasuh Pesantren Siwalan Panji, pesantren ini telah menjadi pusat pendidikan agama di Sidoarjo.

Selama seabad lebih, ribuan santri datang menimba ilmu, menghafal Al-Qur’an, dan hidup dalam kebersamaan nan sederhana. Namun, sejarah panjang itu kini diuji oleh tragedi. Bangunan yang mestinya aman untuk belajar justru runtuh karena kelalaian dalam hal konstruksi.


Editor: Nur Istibsaroh
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.