Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan menyebutkan, tema global Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) 2025 yakni 'Kesehatan Jiwa di Kala Katastropi dan Bencana' menyoroti pentingnya menumbuhkan ketahanan mental di setiap situasi, termasuk masa-masa krisis.
Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kemenkes Imran Pambudi mengatakan di Jakarta, Rabu, bahwa terdapat tiga krisis yang perlu dihadapi, yakni krisis alam, sosial, dan digital, sehingga kesiapan ketahanan mental untuk menghadapi ketiganya diperlukan.
Terkait krisis alam, Imran menyebutkan bahwa perubahan iklim juga turut berdampak pada kesehatan mental. Dia mencontohkan, akhir-akhir ini terdapat fenomena seperti hujan es di Menteng, Jakarta, dan angin puting beliung di Tangerang, Banten.
"Kalau kita membaca, di Arab yang selama ini tidak ada salju, tiba-tiba turun salju dan ini akan membawa dampak yang stres juga, gitu," katanya.
Dia menilai, penting untuk mendukung pemulihan masyarakat pascabencana dan mengatasi tekanan sosial ekonomi, mengingat krisis bisa datang kapan saja. Untuk mencapainya, perlu membangun lingkungan kerja, sekolah, dan komunitas yang peduli kesehatan jiwa, sehingga semua orang harus digerakkan agar saling peduli dan mendukung.
Indonesia, katanya, memiliki modal sosial yang dapat didayagunakan, yakni optimisme masyarakatnya. Dia menyebutkan sebuah studi dari Prancis, yang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki indeks kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain meskipun situasi politik dan ekonominya terkadang tidak bisa diterima.
"Negara kita itu sebetulnya tidak kaya-kaya amat, tetapi indeks kebahagiaannya itu tinggi dibandingkan negara lain. Kalau di Eropa, Jerman, segala macam itu angka kebahagiaannya itu di bawah 50 persen. Indonesia di atas 80 persen," kata dia.
Optimisme itu, katanya, perlu diarahkan melalui kebijakan yang lebih baik, sehingga situasi kesehatan jiwa di Indonesia dapat ditingkatkan.
Imran mengatakan pentingnya menjaga kesehatan jiwa, karena masalah kesehatan jiwa dapat menyerang siapa pun, mulai dari anak-anak hingga lansia.
Selain itu, gangguan jiwa merupakan penyebab tertinggi kedua hilangnya tahun produktif karena disabilitas (years lived with disability/YLDs), sementara kekerasan dan perbuatan menyakiti diri sendiri menempati peringkat ke-20.
Oleh karena itu, pihaknya berupaya memperkuat layanan kesehatan jiwa di Indonesia, seperti melalui transformasi layanan primer, yang terdiri dari upaya promotif seperti pengasuhan positif dan Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis (P3LP), hingga rehabilitatif seperti pemenuhan kapasitas Rehabilitasi Medis NAPZA di Puskesmas.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes: HKJS 2025 soroti pentingnya ketahanan mental di kala bencana
