Magelang (ANTARA) - Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Fatah Syukur menilai penggunaan kecerdasan buatan (AI) tanpa etika bisa berujung pada dampak sosial yang serius.
Fatah Syukur di Magelang, Jumat, menyampaikan, AI kini telah menjadi bagian dari kehidupan generasi muda, mulai dari membantu belajar hingga memproduksi konten. Namun, penggunaan tanpa etika bisa berujung pada dampak sosial yang serius.
Ia menyampaikan hal tersebut pada seminar Membangun Etika dan Keamanan Siswa di Era Digital di Magelang.
"Anak muda hari ini luar biasa kreatif dalam memanfaatkan AI. Tapi jika tidak disertai literasi etis, kreativitas itu bisa berubah menjadi ancaman, seperti penyebaran hoaks, manipulasi citra digital, atau bahkan cyber bullying," kata Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo itu.
Ia mengingatkan, pentingnya pendampingan guru dan orang tua agar siswa mampu menggunakan teknologi secara bertanggung jawab.
“Kita tidak bisa mematikan arus teknologi. Yang bisa kita lakukan adalah menanamkan nilai—agar anak muda bukan hanya pintar, tapi juga beradab dalam dunia digital,” katanya.
Dekan FTIK UIN Salatiga Rasimin menyatakan AI bisa menjadi mitra strategis guru dalam pembelajaran, mulai dari personalisasi materi hingga riset cepat. Namun, kemajuan ini menuntut kedewasaan baru dari para pengguna.
“AI bukan musuh, tapi tanggung jawab baru. Tanggung jawab untuk tetap manusiawi, untuk berpikir kritis, dan untuk tidak menjadikan teknologi sebagai pengganti moralitas,” katanya.
Ia menambahkan, dunia pendidikan perlu menumbuhkan kesadaran digital di kalangan siswa. Bukan sekadar sebagai pengguna teknologi, tetapi juga pencipta konten yang positif, edukatif, dan berdampak.
Akademisi: Penggunaan AI tanpa etika bisa berujung pada dampak sosial yang serius
Para nara sumber berbicara pada seminar Membangun Etika dan Keamanan Siswa di Era Digital di Magelang, Jumat (10/10/2025). ANTARA/HO-FITK UIN Walisongo Semarang
