Ulan Bator (ANTARA) - Menteri Pertahanan AS Mark Esper akan bertemu pemimpin tertinggi Mongolia, Kamis (Jumat WIB) dalam sebuah kunjungan langka untuk meningkatkan kerja sama ke negara yang oleh Pentagon dianggap penting dan strategis untuk membendung dominasi Rusia dan China.

Mongolia secara geografis diapit oleh Rusia dan China dan menjadi negara prioritas bagi Pentagon dalam beberapa dekade ke depan.

Kunjungan Esper ke Mongolia adalah perjalanan dinas pertamanya ke luar negeri sejak dia diangkat sebagai menteri pertahanan.

Lawatan tersebut juga menjadi kunjungan pertama menteri pertahanan AS ke Mongolia sejak 2014, ketika Chuck Hagel berada di negara tersebut meski hanya selama empat jam.

Esper dijadwalkan akan menginap semalam di Ibu Kota Mongolia, Ulan Bator.

Ketika mendarat Rabu malam, Esper disambut di Ulan Bator dengan upacara adat setempat, dan mencoba menikmati susu kering saat menginjakkan kaki di bandara internasional Jengis Khan, nama yang diambil dari pahlawan negara itu.

Esper dijadwalkan bertemu presiden dan menteri pertahanan pada Jumat WIB.

Tapi upacara puncak dari kunjungan tersebut adalah ketika Esper diberi hadiah berupa seekor kuda pada keesokan harinya.

"Mongolia berdasarkan lokasi, tertarik untuk bekerja sama dengan kami, negara tetangga ketiga mereka. Atas semua itu, itulah alasan mengapa kami ingin pergi kesana," kata Esper kepada wartawan yang ikut menyertai lawatan keliling Asia beberapa waktu lalu.

Mongolia bersemangan untuk bekerja sama di bidang investasi dengan AS dan neger lain yang dianggap sebagai "tetangga ketiga" untuk mengurangi ketergantungan kepada China.

Akhir bulan lalu, Presiden Mongolia Battulga Khaltmaa berkunjung ke Washington untuk menemui Presiden Donald Trump.

"Mereka telah menjadi sekutu yang baik dan saya kira Menteri Esper ingin menegaskan bahwa ada banyak cara yang bisa diambil untuk meningkatkan kerja sama lebih jauh," kata seorang pejabat senior di kementerian pertahanan yang tidak bersedia diungkap identitasnya.

Kunjungan Esper ke Mongolia terjadi pada saat tegangnya hubungan dagang antara AS dan China.

Tahun lalu, militer AS mulai menempatkan China dan Rusia dalam strategi pertahanan nasional yang baru, mengalihkan prioritas setelah lebih dari satu dekade fokus untuk memerangi kelompok militan ISIS.

Mongolia secara konsisten menjadi mitra militer AS, dengan menyediakan pasukan yang dipimpin AS di Irak dan Afghanistan, dimana mereka masih menyisakan sekitar 200 tentara.

"Mongolia tidak akan bersekutu dengan satu negara untuk menghadapi negara lain," kata Abraham Denmark, mantan deputi sekretaris menteri pertahanan AS untuk kawasan Asia Timur.

"Tapi mereka ingin menjalin hubungan dengan AS lebih karena kekuatan ekonomi dan politik AS. Mereka juga ingin memiliki banyak ruang dalam hubungan dengan Beijing dan Moskow," katanya.

Sumber: Reuters
Baca juga: Orang Mongolia Capai Benua Amerika Terlebih Dulu
Baca juga: AS lantik Mark Esper sebagai Menteri Pertahanan baru
Baca juga: China harap kepala Pentagon yang baru hindari permusuhan

Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019