Hong Kong (ANTARA) -
Hong Kong berada di titik kritis setelah wilayah semi-otonomi tersebut dilanda aksi protes sejak dua bulan terakhir.

Gelombang protes anti pemerintah yang melumpuhkan aktivitas perekonomian dan transportasi tersebut harus dihentikan, ujar Juru bicara Kantor Urusan Hong Kong dan Makau, Yang Guang, yang disiarkan televisi setempat, Senin.

Protes yang semakin bergolak membuat Hong Kong semakin terperosok ke dalam krisis politik terbesar dalam beberapa dekade.

Kondisi tersebut menimbulkan tantangan bagi pemerintah pusat di Beijing, Reuters melaporkan.

Yang Guang dalam pidatonya menyampaikan bahwa ia mendukung polisi untuk menangani aksi demontrasi besar sejak dua bulan terakhir di Hong Kong.

"Mereka yang peduli dengan kota harus melawan kekerasan itu," ujar Yang Guang.

 Pada Minggu (11/8), ribuan orang berunjuk rasa di Hong Kong yang tersebar di berbagai lokasi sudut kota, mendorong polisi menembakkan gas air mata.

Aksi-aksi demontrasi yang menimbulkan kericuhan itu telah mendorong pemerintah pusat di Beijing mengambil sikap tegas.

Di Bandara, seribu orang menggunakan pakaian hitam melakukan unjuk rasa sambil meneriakkan "Bebaskan Hong Kong. Revolusi Sekarang Juga".

Sementara itu di Victoria Park, ribuan orang termasuk kaum lanjut usia turun ke jalan. Di bawah terik matahari, mereka menuntut pihak berwajib mendengarkan tuntutan masyarakat.

Sumber: Reuters
Baca juga: Ribuan orang berunjuk rasa lagi di Hong Kong
​​​​​​​
Baca juga: KJRI Hong Kong bantah keluarkan "travel warning"

​​​​​​​Baca juga: Setelah bentrokan pekan lalu, Beijing akan tangani kerusuhan Hong Kong
 

Penerjemah: Azis Kurmala
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019