Kami menargetkan pada 2026 total kapasitas terpasang PGE bisa meningkat menjadi 1.112 MW
Jakarta (ANTARA) - Anak perusahaan PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), menargetkan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) mencapai 1.112 MW pada 2026.

"Saat ini, Pertamina melalui PGE terus berkomitmen dalam pengembangan panas bumi dan menambah kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia dalam rangka pelaksanaan program energi mix (bauran energi) pemerintah sesuai Kebijakan Energi Nasional," jelas Direktur Utama PGE Ali Mundakir dalam informasi tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis.

Menurut Ali Mundakir, pada 9 Agustus 2019, PGE melakukan sinkronisasi pertama (first synchronize) PLTP Lumut Balai Unit 1 Sumsel dengan kapasitas 55 MW.

"Kami menargetkan pada akhir Agustus ini Lumut Balai 1 bisa beroperasi komersial," tambahnya saat memberi paparan kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengunjungi stan pameran PGE dalam ajang Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2019 di Jakarta, Selasa (13/8/2019).

PGE kini mengelola 14 wilayah kerja panas bumi yang beberapa di antaranya dikelola dan dioperasikan sendiri serta lainnya melalui skema kerja sama kontrak (joint operation contract/JOC) dengan perusahaan lain.

Saat ini, PGE sudah mengoperasikan sendiri lima area panas bumi dengan total kapasitas terpasang 617 MW yang terdiri atas Kamojang 235 MW di Jawa Barat, Ulubelu 220 MW di Lampung, Lahendong 120 MW di Sulawesi Utara, Karaha 30 MW di Jawa Barat, dan Sibayak 12 MW di Sumatera Utara.

PGE juga sedang mengembangkan proyek panas bumi di Hululais, Bengkulu; Sungai Penuh, Jambi; dan PLTP unit 2 di Proyek Lumut Balai, Sumsel, serta tiga inisiasi proyek eksplorasi di Seulawah, Aceh; Gunung Lawu, Jawa Tengah; dan Bukit Daun, Bengkulu.

"Kami menargetkan pada 2026 total kapasitas terpasang PGE bisa meningkat menjadi 1.112 MW," jelas Ali Mundakir kepada Wapres Kalla.

Ali melanjutkan dengan pembangkitan listrik panas bumi oleh PGE sebesar 617 MW, maka berpotensi menurunkan emisi sebesar 3,2 juta ton CO2 per tahun dan penghematan cadangan devisa migas 29 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD).

Sementara itu, Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu menyampaikan pengembangan panas bumi menjadi salah satu dasar aspirasi Pertamina dalam kerangka pengembangan energi hijau (green energy).

"Dengan kontribusi Pertamina dalam kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia sebesar 96 persen, yang 32 persen dikelola dan dilakukan sendiri Pertamina, serta 64 persen melalui skema JOC, maka panas bumi akan selalu menjadi salah satu fokus Pertamina dalam pengembangan green energy ke depannya," katanya.

Dharmawan melanjutkan Pertamina akan selalu melakukan terobosan-terobosan pengembangan panas bumi baik dalam bidang teknologi maupun manajemen proyek.

Sementara itu, dalam stan pameran, PGE berkolaborasi dengan PT Pertamina Drilling Service Indonesia (PDSI). PGE menjadikan ajang IIGCE ini untuk lebih memperkenalkan panas bumi kepada masyarakat, khususnya panas bumi yang dikelola PGE.

Selain itu, juga turut diperkenalkan berbagai teknologi dan keberhasilan PDSI dalam sejumlah pengeboran panas bumi. Salah satunya, PDSI berhasil mencatat rekor pengeboran sumur panas bumi terdalam yakni 3.203 meter di Proyek Hululais PGE, Lebong, Bengkulu.

Baca juga: Pemerintah targetkan 7.200 MW dari panas bumi pada 2025
Baca juga: PGE Lahendong berencana ekspansi PLTP unit tujuh dan delapan
Baca juga: PLTP Lumut Balai I dijadwalkan beroperasi Agustus 2019

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019