Washington DC (ANTARA) - Laporan  hasil bedah mayat atas Jeffrey Epstein menyebutkan bahwa tulang leher jenazah pemodal Amerika itu patah di beberapa bagian, demikian dilaporkan Washington Post, Rabu (14/8).

Epstein tewas di sel penjaranya, dicurigai karena bunuh diri.

Menurut beberapa narasumber yang mengetahui hasil pemeriksaan mayat itu, luka-luka bisa terjadi pada orang-orang yang menggantung diri sendiri atau dicekik, lapor surat kabar tersebut.

Epstein adalah seorang pemodal dengan kekayaan multimiliar dolar. Ia pernah menganggap Presiden Donald Trump, asal Partai Republik, dan mantan Presiden Bill Clinton, asal Partai Demokrat, sebagai teman-temannya.

Ketika ditemukan tewas di sebuah penjara federal di New York City pada Sabtu (10/8), Epstein sedang berada dalam masa penantian untuk menjalani persidangan atas dakwaan perdagangan seks.

Epstein pada Sabtu ditemukan dalam keadaan tak bergerak di dalam selnya di penjara Metropolitan Correctional Center di wilayah Manhattan, New York City, menurut Biro Federal Lembaga Pemasyarakatan, lembaga yang berada di bawah wewenang kejaksaan agung.

Seorang narasumber mengatakan kepada Reuters bahwa Epstein (66 tahun) ditemukan tewas dengan leher tergantung.

Jaksa Agung William Barr pada Selasa (13/8) memerintahkan agar sipir penjara tersebut dicopot setelah ia mengecam ada "ketidakberesan" di lembaga pemasyarakatan tempat Epstein tewas itu.

Berbagai laporan media menyebutkan bahwa para penjaga penjara tidak menjalankan prosedur pemeriksaan secara berkala terhadap Epstein dan bahwa Epstein ditinggal begitu saja hingga selama tiga jam tanpa pengawasan.

Barr dan sejumlah petinggi parlemen AS telah meminta agar penyelidikan digelar atas kematian pemodal tersebut.

Epstein sebelumnya diawasi atas kemungkinan bunuh diri namun kemudian dikembalikan ke sel biasa.

Sumber: Reuters


Baca juga: Pentagon rilis data kasus pelecehan seksual

Baca juga: Pelaku pelecehan seksual pada anak dipenjara 105 tahun di AS

Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019