Ada keterampilan mapan yang tiba-tiba tidak relevan dan ada keterampilan baru yang meledak dan dibutuhkan
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpesan strategi baru harus diciptakan untuk menghadapi disrupsi di era Industri 4.0.

"Dunia tidak semata sedang berubah, tetapi sedang terdisrupsi," kata Presiden Jokowi dalam Pidato Kenegaraan dalam rangka HUT ke-74 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat.

Presiden Jokowi menilai adanya disrupsi dapat melahirkan pola bisnis baru, begitupun sebaliknya menenggelamkan pola bisnis lama.

"Ada pola bisnis lama yang tiba-tiba usang dan muncul pola bisnis baru yang gemilang dan mengagumkan. Ada keterampilan mapan yang tiba-tiba tidak relevan dan ada keterampilan baru yang meledak dan dibutuhkan," kata

Seiring dengan perubahan pola bisnis baru, Presiden mengatakan pekerjaan baru pun bermunculan.

"Dunia tidak semata sedang berubah, tetapi sedang terdisrupsi. Di era disrupsi ini kemapanan bisa runtuh, ketidakmungkinan bisa terjadi. Jenis pekerjaan bisa berubah setiap saat, banyak jenis pekerjaan lama yang hilang, tetapi juga makin banyak jenis pekerjaan baru yang bermunculan," katanya.

Fakta tersebut turut menciptakan persaingan yang semakin tajam dan perang dagang semakin memanas, namun Presiden mengimbau Indonesia tidak perlu takut terhadap persaingan itu.

"Kita hadapi persaingan dengan kreativitas, inovasi, dan kecepatan yang kita miliki. Karena itu tidak ada pilihan lain, kita harus berubah," katanya.

Untuk itu strategi baru harus diciptakan untuk mengambil dan memanfaatkan pasar yang juga semakin terdisrupsi.

"Cara-cara lama yang tidak kompetitif tidak bisa diteruskan. Strategi baru harus diciptakan. Cara-cara baru harus dilakukan. Kita tidak cukup hanya lebih baik dari sebelumnya. Tetapi kita harus lebih baik dari yang lainnya," ujar Jokowi.

Baca juga: Presiden Jokowi: Regulasi tak sesuai perkembangan zaman harus dihapus

Baca juga: Soal investasi, Presiden Jokowi: Kita harus lebih cepat, lebih baik


 

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019