Surabaya (ANTARA) - Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya mengajak semua pihak mulai warga masyarakat, pemerintah, aparat dan seluruh stakeholder untuk lebih sadar dan peduli terhadap perkembangan radikalisme di Kota Pahlawan, Jawa Timur.

"Harus ada gerakan simultan yang nyata ke arah ini. Tidak boleh kemajuan di bidang infrastruktur, tata kota, dan ekonomi, dibarengi dengan sikap permisif terhadap pemikiran, faham, dan gerakan yang mensuport radikalisme," kata Ketua PCNU Surabaya Achmad Muhibbin Zuhri di Surabaya, Senin.

Pernyataan Ketua PCNU Surabaya tersebut berawal dari Polsek Wonokromo, Surabaya pada Sabtu (17/8) diserang oleh seseorang dengan menyabetkan celurit ke arah petugas. Menurut hasil pemeriksaan sementara, pelaku (IM) diduga melakukan "amaliah" terorisme dan terindikasi berkaitan dengan ISIS (Islamic State of Iraq and Suriah) atau organisasi gerilyawan Islam Irak dan Suriah.

"Kejadian itu menunjukkan dengan jelas bahwa sel-sel ISIS dan organisasi teroris lainnya, masih hidup dan terus tumbuh di tengah-tengah kita," ujarnya.

Atas kejadian itu, lanjut dia, semua pihak harus menyadari, terorisme tidak muncul begitu saja, tetapi ia tumbuh dari inseminasi inklusifisme dan faham radikal. Sebagiannya menggunakan instrumen agama seperti pengajian dan halaqah juga memanfaatkan dukungan media sosial.

Menurutnya, dalam pemeriksaan awal dan penuturan ketua RT setempat dimana IM tinggal bersama isterinya, dapat dipastikan bahwa mereka menunjukkan perubahan pola hidup setelah mengikuti pengajian-pengajian kelompok tertentu. Perubahan dimaksud sangat jelas pada cara berpakaian dan dalam relasi sosialnya yang semakin tertutup.

"Jika ini benar, maka hal ini merupakan pelajaran bagi kita semua, anggota masyarakat dan aparat untuk meningkatkan kontrol dan kewaspadaan terhadap gejala-gejala serupa di masyarakat," katanya.

Pengajiannya, lanjut dia, memang mungkin tidak mengajarkan "amaliah" terorisme, tapi sangat berperan membentuk sikap eksklusif, puritan dan menganggap salah orang lain atau menolak pola beragama yang establish.

"Inilah gejala intoleransi yang bisa mengarah kepada terorisme," katanya.

Untuk itu, kata dia, pihaknya berpesan kepada semua pihak agar tidak membiarkan rumah ibadah di tempat fasilitas umum, perumahan, kantor-kantor, mal, apartemen dan majelis-majelis taklim dikelola atau dipakai kegiatan oleh orang-orang yang tidak jelas, atau yang jelas-jelas menebar faham eksklusifisme dan radikalisme. Perkuat kohesifitas sosial untuk menangkal bibit-bibit kelompok radikal.

Ia juga berpesan kepada warga NU dan khususnya para pemudanya baik yang ada di Ansor, Banser, Pagarnusa, IPNU dan IPPNU untuk lebih meningkatkan intensitas program untuk memagari warga kota dari penyebaran radikalisme, sekaligus lebih aktif menjaga lingkungan masing-masing.

"Kepada para kiai dan ustadz-ustadz NU, mari kita tingkatkan dakwah Islam wasathi, sekaligus berupaya lebih kreatif dan masif dalam dakwah agar dapat diterima dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat," katanya.

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019