kekeringan selain membuat gagal panen tanaman, juga membuat potensi munculnya penyakit-penyakit tanaman yang ditakutkan akan terus menular nantinya. Hal ini tentu akan berdampak pada berkurangnya produksi tanaman pangan
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Galuh Octania mengingatkan pentingnya melaksanakan berbagai upaya mitigasi bencana kekeringan secara lebih intensif mengingat dampaknya kepada sektor pertanian serta ketersediaan pangan Nusantara.

"Kekeringan yang melanda Indonesia diproyeksikan akan berlangsung lebih lama dari waktu yang biasanya. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan bahwa musim hujan yang biasanya berlangsung mulai awal bulan Oktober akan mengalami pemunduran selama beberapa minggu. Tentunya hal ini tidak akan sama terjadi pada semua wilayah," kata Galuh Octania di Jakarta, Selasa.

Menurut Galuh Octania, kekeringan bakal berpotensi berimbas kepada produksi daerah penghasil pangan di banyak wilayah di Indonesia. Untuk mengatasi kekeringan dalam jangka waktu dekat, perlu ada langkah yang konkrit, seperti misalnya mengalirkan sumber air buatan ke wilayah-wilayah yang terkena dampak kekeringan paling parah dan berpotensi gagal panen.

Ia mengemukakan bahwa tim mitigasi kekeringan yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian harus bekerja dengan semaksimal mungkin.

"Segala aspek harus dilihat karena kekeringan selain membuat gagal panen tanaman, juga membuat potensi munculnya penyakit-penyakit tanaman yang ditakutkan akan terus menular nantinya. Hal ini tentu akan berdampak pada berkurangnya produksi tanaman pangan," ucapnya.

Selain itu, ujar dia, ketersediaan pangan yang menipis juga berpotensi mempengaruhi kepada tingkat harga pangan terutama kepada kebutuhan pokok rumah tangga yang juga akan berdampak kepada pemenuhan gizi pada anak dalam suatu keluarga.

Terkait kekeringan, sebelumnya, Kementerian Pertanian menyatakan kekeringan yang melanda areal sawah di berbagai daerah pada musim kemarau bisa diatasi dengan pompanisasi dan pembuatan embung air.

"Kita masih mencari solusi. Tapi untuk sementara ini, bisa dengan pompanisasi dan pembuatan embung air," kata Sarwo Edhi Dirjen Prasarana dan Sarana Kementan, saat meninjau sawah kekeringan di Purwakarta, Rabu (24/7)

Untuk pompanisasi, selama tiga tahun terakhir pemerintah pusat telah menyalurkan bantuan 100 ribu mesin pompa di seluruh Indonesia.

Pada tahun ini, kata dia, sudah ada sekitar 20 ribu permohonan bantuan pompanisasi. Selain itu, banyak pula petani yang meminta bantuan selang air sepanjang 7.390 meter.

Baca juga: Kementan siapkan bibit padi unggul hadapi kekeringan
Baca juga: Kementan: Pompanisasi dan pembuatan embung bisa atasi kekeringan
Baca juga: Atasi kekeringan dengan pompanisasi terkendala sumber air

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019