Ada beberapa kesulitan yang dihadapi perusahaan Korea, seperti kebijakan kenaikan upah yang cepat sekali, kemudian tunjangan pensiun yang tinggi.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Bagian Ekonomi Kedutaan Besar Korea Selatan Jeon Joyoung memaparkan sejumlah hambatan yang ditemui para pelaku usaha Korea Selatan untuk melakukan investasi di Indonesia, salah satunya terkait ketenagakerjaan.

"Ada beberapa kesulitan yang dihadapi perusahaan Korea, seperti kebijakan kenaikan upah yang cepat sekali, kemudian tunjangan pensiun yang tinggi," kata Joyoung pada wawancara eksklusif bersama ANTARA di Wisma Antara Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan aspek nontarif lainnya terkait dengan lisensi impor, bea cukai dan sertifikasi juga termasuk dalam hambatan berinvestasi di Indonesia.

Namun demikian, Pemerintah Korsel mengapresiasi bahwa Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan paket reformasi untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ini dan secara khusus juga, Presiden Jokowi mengumumkan akan ada beberapa revisi terkait dengan hukum perburuhan untuk mendorong lebih banyak investasi asing.

Baca juga: Kedubes: Korsel akan perluas penanaman modal bidang TIK

Selain itu, masalah pajak juga menjadi hambatan lainnya, meskipun memang membayar pajak merupakan bagian dari prosedur yang seharusnya dijalankan.

"Akan tetapi, investigasi pajak di lapangan cukup memberatkan. Seharusnya ada penjelasan rinci dan transparan tentang pajak transfer pricing," kata dia.

Di atas semua itu, Joyoung mengatakan bahwa perusahaan Korea Selatan menilai iklim investasi di Indonesia cukup baik, terutama karena Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di atas 5 persen.

Selain itu, Indonesia juga memiliki populasi terbesar di ASEAN sebanyak 260 juta jiwa dan memiliki 40 persen dari seluruh PDB negara-negara anggota ASEAN.

Perhatian Indonesia pada pengembangan generasi muda dan kelas menengah, berlimpahnya sumber daya alam dan cepatnya penyebaran ekonomi digital, juga turut menyumbang hal positif berinvestasi di Indonesia.

Baca juga: Kedubes Korsel: IK-CEPA tingkatkan volume dagang hingga 30 miliar USD

Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi asal Korea Selatan didominasi sektor industri mesin dan elektronik (15 persen); pertambangan (13 persen); gas dan air (9 persen); industri sepatu (8 persen); serta industri karet dan plastik (8 persen).

Sebagian besar investasi Korsel masih berada di Pulau Jawa, diikuti dengan Kalimantan dan Sumatera. Total realisasi investasi sejak 2014 sampai triwulan I 2019 ini mencapai 7,3 miliar dolar AS dengan realisasi investasi mencapai 2 miliar dolar AS pada 2017 dan 1,6 miliar dolar AS pada 2018.

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019