Sel punca untuk perawatan muka sekarang sudah diproduksi oleh Perusahaan Phapros, yang hasil penelitian dari Universitas Airlangga di Surabaya. Berapa total omzetnya sekarang? Sudah ratusan miliar. Ini yang kita dorong terus, hasil inovasi perguruan
Denpasar (ANTARA) - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mendorong perguruan tinggi mengembangkan Kawasan Sains dan Teknologi (KST) atau Science and Techno Park (STP) untuk meneliti dan mempelajari inovasi sekaligus menjadikan hasil inovasi tersebut bernilai komersial dan bermanfaat bagi masyarakat.

"Perguruan tinggi harus punya Science and Techno Park. Tujuannya agar para peneliti, inventor, dan inovator menginkubasi (mengembangkan) hasil penelitiannya dengan industri melalui Techno Park tersebut. Kalau sudah matang, maka hasil penelitian tersebut dikeluarkan dari situ supaya melakukan bisnis di luar," kata Menristekdikti saat puncak peringatan Harteknas di Denpasar, Bali, Rabu.

Menristekdikti mengungkapkan salah satu hasil penelitian dari STP yang sudah masuk ke industri adalah hasil penelitian tentang stem cell dari Universitas Airlangga yang diproduksi massal oleh PT Phapros, anak perusahaan salah satu BUMN yakni PT Kimia Farma.

"Sel punca untuk perawatan muka sekarang sudah diproduksi oleh Perusahaan Phapros, yang hasil penelitian dari Universitas Airlangga di Surabaya. Berapa total omzetnya sekarang? Sudah ratusan miliar. Ini yang kita dorong terus, hasil inovasi perguruan tinggi," kata Menteri Nasir.

Baca juga: Menristekdikti : Pemerataan dokter dengan pemerataan akreditasi

Baca juga: Menristekdikti: Integrasi peneliti dan perekayasa tingkatkan riset


Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-24 Tahun 2019 diselenggarakan di Bali karena memiliki wisata, industri kreatif, entrepreneurship, dan pendidikan tinggi yang memadai, sesuai dengan tema Iptek dan Inovasi dalam Industri Kreatif 4.0 dan subtema Industri Kreatif 4.0 untuk Kemandirian dan Daya Saing Bangsa dan tema "Inovasi Bangun Bangsa".

Dalam kesempatan itu, Nasir juga mendorong hadirnya hilirisasi dan komersialisasi hasil riset kepada dunia usaha. Terkait perusahaan rintisan atau inovasi, Nasir mengatakan hal itu terus ditingkatkan.

"Beberapa tahun lalu, inovasi yang dihasilkan para peneliti Indonesia selalu berada di bawah di Asia Tenggara. Bahkan patennya rendah. Saya waktu itu membandingkan dengan Iran, mereka mengembangkan perusahaan rintisan dari tahun 2004-2014, berapa inovasi yang dihasilkan dalam 10 tahun, mereka menghasilkan 1.000 perusahaan rintisan," ujar Menteri Nasir.

Dia menambahkan pada awal kepemimpinannya, jumlah perusahaan rintisan hanya 15 perusahaan dalam setahun. Namun pada tahun 2019, perusahaan yang sudah dibangun baik oleh perguruan tinggi, LPNK, masyarakat dan industri yang sudah tercipta sebanyak 1.350 perusahaan rintisan selama lima tahun. Ke depan, inovasi yang dihasilkan semakin meningkat sehingga bisa bermanfaat pada masyarakat.*

Baca juga: Nasir luncurkan satu PT swasta indonesia yang dipimpin rektor asing

Baca juga: Nasir buka 18 kegiatan ilmiah di Bali peringati Hakteknas ke-24

Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019