Zhukovskiy, Moskwa (ANTARA) - Menyebut nama Ulan-Ude, ibu kota Republik Buryatiya, Federasi Rusia, ingatan akan melayang kepada Ulan Bataar di Mongolia. Padang stepa yang terhampar sejauh mata memandang pada ketinggian sekitar 2.000 meter dari permukaan laut bisa memberi impresi pada kejayaan masa-masa Jenghis Khan berkuasa. Ulan-Ude memang sangat dekat dengan Mongolia.

Rekaman dan impresi itu tidak terlalu salah karena begitu kaki menjejak di Bandara Internasional Ulan-Ude, kehadiran masyarakat setempat dari etnik Buryat memang sengat dekat dengan ras Mongoloid. Rusia, bahkan setelah pecah dari Uni Soviet, mengikuti angin perubahan Glasnost (keterbukaan) dan Pereshtroika ("dengar", lebih pada reformasi) pada akhir pemerintahan Mikhail Gorbachev awal dasawarsa ’90-an, masih menjadi negara sangat besar di dunia, terkhusus dari sisi besaran wilayahnya.

Penerbangan maskapai S7 dengan pesawat terbang lorong tunggal A320neo berkelir hijau menyala dari Bandara Internasional Domodedovo, Moskwa, ke Bandara Internasional Ulan-Ude memerlukan waktu enam jam. Artinya, jarak antara kedua kota itu sekitar 5.624 kilometer; hampir sama dengan Sabang di Aceh ke Merauke di Papua.

Bagaimana jika memakai kereta api? Bisa dicoba namun waktu yang diperlukan memakai kereta api Trans Siberia ke sana dari Moskwa adalah seminggu penuh.

Itupun masih setengah waktu yang diperlukan untuk tiba di Vladivostok, Siberia Timur, apalagi sampai ke Selat Bering di perbatasan dengan Amerika Serikat di Amerika Utara. Rusia masih terdiri atas 11 wilayah waktu dari sisi barat (Kaliningrad) hingga ke timur (Deshnev di Selat Bering).

Pandangan mata menyapu sekeliling… Hanya ada padang sabana yang sangat luas dengan sedikit permukiman penduduk di perumahan-perumahan lantai tunggal. Dari kejauhan masih bisa dilihat bahwa rumah-rumah itu terbangun dari kayu dengan warna-warna kusen jendela didominasi hijau dan biru.

Di sanalah jurnalis penerbangan dari berbagai negara yang diundang Rostec melalui Russian Helicopter menuju. Ada jurnalis dari Amerika Serikat, Prancis, Brazil, Inggris, India, Rusia, dan Indonesia. ANTARA termasuk di dalam rombongan jurnalis dalam jumlah terbatas itu. Rombongan jurnalis ini sebelumnya meliput pameran kedirgantaraan terbesar di Eropa Timur, yaitu MAKS 2019 (Mezhdunarodnyj Aviatsionno-Kosmicheskij Salon) di Bandara Internasional Zhukovskiy, Ramenskoye, Moskwa.
 
Jurnalis dari manca negara meliput penerbangan uji coba helikopter Mil Mi-17AMT di landas parkir lapangan terbang uji coba Ulan-Ude Aviation Plant di Ulan-Ude, Rusia. Sejauh ini terdapat lebih dari 4.000 unit helikopter Mil beroperasi di seluruh dunia, oleh lebih dari 100 negara dan organisasi internasional ataupun setempat suatu negara. ANTARA/Ade P Marboen


Oleh pengundang, rombongan jurnalis yang hampir semuanya berusia di atas 45 tahun ini diarahkan menginap di salah satu hotel ternama di sana. Perjalanan menumpang bus dari bandara ke hotel hampir 30 menit melintas jalan-jalan lebar di kota yang dibelah Sungai Selenga.

Reputasi Ulan-Ude dalam kancah aviasi Rusia dan dunia sebetulnya sangat mengakar, namun citra itu seolah bertentangan dengan kualitas bangunan Bandara Internasional Ulan-Ude, di mana truk-truk pengangkut bagasi “warisan” masa perang dingin masih dioperasikan.

Di Ulan-Ude inilah salah satu dari lima lokasi pabrikan besar Russian Helicopter berada. Di Rusia, pemerintah membuat induk-induk BUMN sesuai sektor yang digelutinya; di antaranya Rostec yang menjadi induk BUMN di bidang pertahahan yang juga menjadi induk Rosoboronexport (BUMN di bidang penjualan produk pertahanan) dan Rosatom, BUMN Rusia di bidang energi dan energi nuklir untuk kepentingan damai.

Setelah taklimat singkat di hotel, rombongan menaiki dua minibus menuju pabrikan helikopter dan pesawat terbang sayap tetap. Dari luar, manufaktur ini tidak menonjol terlihat karena ada beberapa kompleks bangunan lain di sana yang juga besar ukurannya. Namun setelah melintasi pagar dan menuju gedung utama, aura kedirgantaraan baru terasa sejurus monumen MiG-15 Fagot dipajang di depannya. Tulisan besar-besar berwarna merah, To Be The Superior Is Our Work, ditatah baik dan rapi di salah satu hanggar besar.

Tanpa membuang waktu, seorang petinggi pabrikan yang bertanggung jawab soal keselamatan dan keamanan Ulan-Ude Aviation Plant (U-UAZ) kemudian menyampaikan secara tegas berbagai hal yang harus diperhatikan dan dipatuhi.

Yang paling menonjol pada hari kunjungan para jurnalis ini adalah manajemen Russian Helicopter membuat perkecualian, semua hal boleh difoto dan direkam video, kecuali yang ditetapkan mereka. Pada praktiknya, pengawalan ketat diterapkan oleh mereka dan mereka benar: semua boleh difoto dan divideokan kecuali yang dinyatakan terlarang. Dalam keseharian, tidak boleh orang di luar perusahaan itu masuk ke arena produksi begitu saja.

Tahun ini, pabrikan U-UAZ ini telah berusia 80 tahun dan sejarah mencatat mereka tidak hanya memproduksi helikopter saja, melainkan juga pesawat sayap tetap, di antaranya pesawat tempur bermesin piston Ilyushin Il-16, Antonov An-24 Coke, Sukhoi Su-25UB Grach, Sukhoi Su-39​​​​​ ​(Su-25TM Frogfoot​), dan Mikoyan-Gurevich MiG-27M Flogger. Antonov pabrik utamanya ada di Ukraina sehingga kini secara administratif ada pada negara pecahan Uni Soviet itu.

Peringatan 80 tahun pabrik itu berdiri dirayakan istimewa, di antaranya penerbangan tim aerobatik pesawat terbang warisan Perang Dingin yang sebagian pilotnya adalah gadis-gadis setempat. ANTARA sempat menyaksikan kebolehan mereka terbang formasi dan manuver aerobatik yang rapi dan presisi.
Salah satu pilot tim aerobatik yang berlatih dalam rangka peringatan 80 tahun Ulan-Ude Aviation Plant, di Ulan-Ude, Rusia. Fasilitas produksi pesawat terbang ini termasuk jajaran fasilitas rancang-bangun dan pembuatan helikopter milik Russian Helicopter. Sejauh ini terdapat lebih dari 4.000 unit helikopter Mil beroperasi di seluruh dunia, oleh lebih dari 100 negara dan organisasi internasional ataupun setempat suatu negara. ANTARA/Ade P Marboen


Di dalam museum U-UAZ di mana rombongan jurnalis mengarah, tersimpan berbagai artefak sejarah yang membangun pondasi demi pondasi kemajuan penerbangan mereka. Museum itu terdiri dari dua lantai yang lobinya mengarah langsung ke labirin dengan monumen kecil helikopter Mil Mi-8 di depan latar belakang kosmos.

Kepala Engineer U-UAZ, Sergei Solomin, dengan suaranya yang menggelegar dan mantap, memberikan berbagai penjelasan awal kepada para jurnalis sebelum diserahkan kepada anak buahnya.

“Mengapa di sini, di Ulan-Ude, di tengah sabana ini? Karena bahan baku tersedia di sini, termasuk juga alamnya yang sesuai. Di sini ada 300 hari dengan matahari terus bersinar, penting sekali untuk industri penerbangan yang sangat terkait cuaca,” kata Solomin.

Sebagai negara di belahan utara Bumi yang musim saljunya sering sangat ekstrem bertemperatur hingga -40 derajad Celcius, kehadiran cuaca cerah adalah keniscayaan bagi industri penerbangan serupa U-UAZ ini. Selain itu, tanah yang datar namun memiliki pegunungan di beberapa lokasi tertentu juga sangat ideal untuk menguji coba kinerja pesawat terbang dan helikopter yang dibuat.

Ia katakan, bahan baku yang dia maksud saat pabrik ini berdiri puluhan tahun lalu adalah kayu dan bahan tambang penyusun metal. Penguasaan metalurgi, bagi banyak negara maju, adalah satu keharusan utama karena kehadiran metal —besi di antaranya— adalah induk bagi semua industri hilir.

Di podium utama museum di lantai dua, terdapat replika pesawat terbang pertama buatan mereka, Polikarpov Po-2 Kukuruznik, dalam ukuran sebenarnya berwarna hijau tua. Sejatinya Po-2 Kukuruznik dibuat pada 1929 dan menjadi salah satu andalan produksi mereka saat itu. Kecuali mesin, roda pendarat, kabel-kabel penghubung-penguat, emua bagian pesawat terbang kursi tunggal tanpa kanopi itu terbangun dari kayu.

Pada bagian lain museum itu dipajang berbagai memorabilia yang menunjukkan pengorbanan para veteran Perang Dunia II yang memberi pijakan dalam penyempurnaan capaian kedirgantaraan mereka.

Yang menarik mata adalah kehadiran buku-buku catatan mereka, yang sebagian berisikan perhitungan-perhitungan matematik dan teoritis rancang bangun pesawat terbang. Juga ada log book penerbangan para pilot selain kursi lontar lengkap dengan helm pilot dan G-suit (baju penerbang) pada masa itu.

Jika di fasilitas produksi lain Russian Helicopter di Kazan (Republik Tatarstan), juga terdapat museum helikopter lengkap dengan monumen statik helikopter asli maka di Ulan-Ude hal serupa itu tidak ada, namun tidak berarti makna kesejarahannya berkurang.

Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019