Jakarta (ANTARA) - Pendiri organisasi kebijakan luar negeri Foreign Community Policy Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal berharap China dapat mengambil peran sebagai saudara yang baik dalam hubungan dengan Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), bukan sebagai kakak yang berada di posisi lebih tinggi.

Dino mengatakan pernyataan tersebut saat memberikan paparan dalam acara simposium Jakarta Forum bertajuk 'Perkembangan China dan Masa Depan China dan ASEAN dan China Bersama' yang digelar di gedung Sekretariat ASEAN Jakarta, Selasa.

"Skenario terbaik adalah dimana China menjadi saudara yang baik (good brother) bagi negara-negara Asia Tenggara. Bukan sebagai kakak (big brother), karena kita menginginkan hubungan yang setara. Ini harus menjadi format hubungan dan ini membutuhkan banyak kecerdasan, kepekaan dan pengendalian dari kedua belah pihak," kata Dino.

Baca juga: ASEAN-China gelar konferensi tentang kerja sama media

Salah satu langkah yang dia sebut sebagai salah satu bentuk peran China menjadi mitra yang setara adalah saat negara tersebut mengubah inisiatif 'One Belt One Road' menjadi 'Belt End Road'.

"Ketika 'One Belt One Road' muncul dan banyak perhatian yang ditujukan ke inisiatif tersebut, China mengubahnya menjadi inisiatif 'Belt End Road'. China mengubah konsepnya dan itu yang kita sukai. China sudah menjadi negara besar, stay humble," katanya.

Dalam paparannya tentang peran China sebagai saudara bagi ASEAN itu, Dino menyebut China kerap menggambarkan negara tersebut dengan dua simbol, yakni naga dan panda.

Baca juga: ASEAN-China sebagai kekuatan pencipta perdamaian dan keamanan di LCS

"Harapan saya agar China dapat sebisa mungkin berusaha untuk lebih banyak mencerminkan panda ketimbang sosok naga. Saya menghargai kerendahan hati China kepada negara-negara berkembang," katanya.

Dia meyakini bahwa China sudah menjadi negara adi daya dan sikap rendah hati tersebut dapat membawa dampak baik bagi hubungan dengan negara-negara anggota ASEAN.

Sementara itu, Duta Besar China untuk ASEAN Huang Xilian, menanggapi analogi panda dan naga tersebut dengan mendobrak cerminan sosok naga yang banyak dikenal masyarakat global.

Baca juga: ASEAN perkuat kerja sama antisipasi perang dagang AS-China

"Dalam penggambaran Barat, naga dilihat sebagai sosok yang asertif, namun dalam budaya China, naga membawa pertanda baik. Tidak mengeluarkan api, malah mengeluarkan air dan membawanya ke area-area yang kekeringan. Tidak berbahaya," kata Dubes Huang.

Menurut dia, kerendahan diri dan perdamaian telah tertanam dalam budaya China, sebagaimana digambarkan dalam sosok naga yang dia jelaskan.

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019