Manokwari (ANTARA) - Belasan ribu warga dari berbagai suku, agama dan ras di Manokwari, Papua Barat, tumpah ruah turun ke jalan untuk mendukung deklarasi damai di daerah tersebut.

Tak hanya masyarakat, kegiatan yang didorong untuk mempercepat proses pemulihan situasi keamanan pascakericuhan Manokwari 19 Agustus 2019, itu juga diikuti seluruh pelajar serta aparatur sipil negara (ASN) Pemerintah Kabupaten Manokwari dan Provinsi Papua Barat.

Baca juga: Papua Terkini- Suku-suku di Manokwari akan laksanakan deklarasi damai

Baca juga: Warga Manokwari diimbau tak terhasut seruan aksi


Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan yang juga Kepala Suku Besar Arfak pada kesempatan itu mengatakan, Manokwari merupakan rumah besar. Kota peradaban Injil ini adalah rumah bersama bagi semua suku dan agama.

"Manokwari ini dibangun oleh banyak orang. Sedikit maupun banyak, masyarakat dari berbagai suku punya kontribusi dalam membangun tanah ini, untuk itu jangan ada yang tepuk dada," kata Dominggus.

Ia mengajak seluruh masyarakat menyadari adanya perbedaan serta saling menghargai dan menghormati bahwa semua merupakan ciptaan Tuhan.

"Kita tidak bisa memilih dari suku apa kita akan dilahirkan dunia. Karena itu kita harus bersyukur dan memelihara segala perbedaan ini agar harmonis," ucap Mandacan.

Baca juga: Suku Arfak rangkul seluruh suku pulihkan Manokwari

Ia bersyukur, tidak ada korban jiwa pada kericuhan di Manokwari, begitu pula di Sorong dan Fakfak. Melalui deklarasi ini, ia berharap tak ada lagi kebencian antarsesama warga negara Indonesia di tanah Papua.

"Yang sudah terjadi biarlah terjadi sekarang saatnya kita menatap masa depan daerah ini. Kita bangun sama-sama Manokwari sebagai ibu kota provinsi," ujarnya.

Deklarasi ini diawali dengan konvoi jalan kaki sejauh 4 kilometer lebih dari Jl. Percetakan Negara menuju Lapangan Borarsi Manokwari. Saat konvoi berlangsung, kepala rombongan sudah tiba di titik finish sedangkan ekornya masih berada di titik start.

Pada kegiatan ini setiap suku dari Minang Sumatera Barat, Jawa, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, NTB, NTT, Bali hingga Papua tampil dengan pakaian adat masing-masing.

Selain menolak diskriminasi rasis, aksi bersama ini juga mengutuk segala bentuk kekerasan serta tindakan anarkis.

Baca juga: Gubernur Papua Barat imbau warga akhiri aksi demonstrasi

Pewarta: Toyiban
Editor: Eddy K Sinoel
Copyright © ANTARA 2019