Jakarta (ANTARA) - Menakertrans Erman Soeparno memanggil George Krebelder (Country Manager Adidas Indonesia), Hariyanto (Ketua Dewan Pembina Asosiasi Persepatuan Indonesia, Apresindo) dan Hendrik Sasmito (Ketua Sport Shoes Apresindo) terkait akan dihentikannya kontrak pemesanan sepatu antara pemegang merek Adidas dengan pemasok PT Prima Inreksa Industries di Tangerang. Erman di Jakarta, Jumat, mengatakan dari pertemuan tersebut terungkap bahwa Adidas tidak ada masalah dengan dijadikannya Indonesia sebagai tempat memproduksi sepatunya. Permasalahannya ada pada manajemen PT Prima Inreksa Industries (PII). "Saya selaku Menteri telah menugaskan Dirjen PHI (Pembinaan Hubungan Industrial) dan Jaminan Sosial Depnakertrans untuk mengundang manajemen PT PII untuk mengklarifikasi dan menanyakannya juga ke serikat pekerja perusahaan itu," kata Erman. Dijelaskannya, Adidas tidak akan hengkang dari Indonesia. Sebaliknya, akan mengembangkan usaha di Sukabumi. Namun demikian Adidas juga berkenan memberikan order ke pabrik PT PII dengan syarat ada perbaikan manajemen, termasuk manajemen keuangan. "Jadi, nanti apakah PT PII itu yang melanjutkannya, atau perusahaan baru yang akan mengambilalih (take over) atau mengundang manajemen baru, masih dalam proses perundingan. Juga dipertimbangkan keterlibatan bank yang memberi kredit usahanya," kata Erman. Menteri juga menjelaskan Goerge sangat peduli dengan 6.000 karyawan di PT PII. Yang menjadi pertimbangan, bagaimana agar perusahaan itu tetap eksis sehingga para buruh masih bisa tetap bekerja. Kedua, Erman mengingatkan bahwa jika terjadi sesuatu, maka yang paling utama adalah tidak terjadi PHK. "Kalau terjadi apa-apa,maka perusahaan PT PII yang harus bertanggung jawab untuk memenuhi hak-hak pekerja sesuai dengan UU No.13/2003." kata Erman. Dia menambahkan, bahwa permasalahan pada PT PII adalah salah mengelola (mismanajemen). Menteri mengaku belum bisa menjelaskan secara detil karena manajemen PT PII akan segera dipanggil. "Tetapi saya membaca laporan sementara dari pihak Adidas bahwa sudah terjadi mismanajemen di partnernya lokal itu. Yah, mirip-mirip kasus perusahaan Dong Yang. Bedanya, ini kan pemiliknya dari dalam negeri jadi tidak lari, kalau Dong Yang kan lari," kata Erman. Dia berharap jika pabrik baru Adidas berdiri di Sukabumi maka akan menyerap tenaga kerja yang cukup besar, yakni hingga puluhan ribu. "Jadi saya sebut kasus Adidas ini mismanajemen yang terkait dengan masalah perbankan. Jadi penyelesaiannya tidak hanya diselesaikan antara manajemen PT PII dan Adidas, tapi juga antara PT PII dengan perbankan (BNI)," demikian Erman.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008