Bangkok, Thailand (ANTARA) - Seorang hakim Kamboja pada Kamis memerintahkan penyelidikan kembali dalam kasus mata-mata terhadap dua mantan wartawan Radio Free Asia, dan mengatakan ia tak bisa mengesampingkan ketidak-salahan atau kesalahan mereka tanpa bukti cukup.

Hakim Pengadilan Kota Praja Phnom Penh Im Vannak memerintahkan penyelidikan baru pada hari ia dijadwalkan menyampaikan putusan dalam kasus terhadap kedua wartawan tersebut, Uon Chhin dan Yeang Sothearin, demikian laporan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis.

Kasus dua-tahun itu telah menambah keprihatinan mengenai penindasan terhadap orang yang mengecam dan tidak puas oleh Perdana Menteri Hun Sen, yang telah memperpanjang kekuasaannya lebih dari tiga dasawarsa dalam pemilihan umum tahun lalu, setelah pemimpin partai oposisi utama ditangkap dengan tuduhan berkhianat dan partainya dilarang.

Kedua mantan wartawan tersebut, yang bekerja buat RFA --yang berpusat di Washington, ditangkap pada November 2017 dan dituduh melakukan kegiatan mata-mata serta membuat pornografi. Mereka membantah tuduhan itu.

Hun Sen telah menuduh Amerika Serikat berusaha mengakhiri kekuasaannya.

RFA pada awal 2017 menutup kantornya di Phnom Penh dengan keluhan "penindasan terus-menerus terhadap suara independennya".

Sumber: Reuters
Baca juga: Wartawan Kamboja yang dituduh jadi penghasut kabur
Baca juga: Wartawan Oposisi Kamboja Tewas Ditembak
Baca juga: Sineas Australia dituduh jadi mata-mata di Kamboja
​​​​​​​
Baca juga: Wartawan Kamboja Dibunuh

​​​​​​​Baca juga: Ketua Pengadilan Kamboja Dipecat Karena Suap
 

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019