Pangkalpinang (ANTARA) - PT Timah Tbk mengeluarkan kebijakan mengurangi produksi dan penjualan timah, sebagai bentuk respon perusahaan untuk menyikapi penurunan harga timah dunia yang tidak menguntungkan produsen timah.

"Harga timah di pasar dunia belum menguntungkan produsen timah. Harga timah di bursa berjangka hingga penghujung September 2019 berkisar 16.300 dolar Amerika Serikat per metrik ton, nilai ini tidak jauh berbeda awal bulan sebelumnya," kata Direktur Utama PT Timah Tbk, Mochtar Riza Pahlevi di Pangkalpinang, Jumat.

Ia mengatakan perusahaan telah mengeluarkan kebijakan efektifitas dan efisiensi pada biaya operasi terutama volume ekspor menyikapi harga timah yang rendah.

Baca juga: BBJ optimistis ekspor timah tidak terpengaruh perlambatan ekonomi

"Kita menahan produksi dan penjualan timah sebagai upaya untuk merespon harga timah dunia yang menurun," ujarnya.

Menurut dia pengurangan produksi dilakukan dengan pemberhentian operasi kapal keruk (dredge). Sedangkan untuk tambang darat yang semula dilakukan tiga shift kerja, saat ini hanya beroperasi satu shift.

Baca juga: 4.140 hektare tambang timah di laut Bangka Belitung dihapus

"Tujuh kapal isap produksi saat ini hold untuk tidak melakukan operasi penambangan, termasuk tambang darat sudah kita kurangi shift operasinya," katanya.

Ia menambahkan PT Timah yang selama ini dalam pertambangan bermitra dengan masyarakat maupun perusahaan swasta, juga turut mengalami pengurangan produksi.

"Untuk kemitraan masyarakat saat ini menurun salah satu penyebabnya adalah musim kemarau dan keterbatasan air," katanya. 

Pewarta: Aprionis
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019