Saya menduga 97 persen sampai 98 persen, masyarakat belum bisa membedakan antara batik tulis dengan batik cap
Batang (ANTARA) - Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kabupaten Batang, Jawa Tengah, siap membangun ruang pamer produk usaha kecil dan menengah, khususnya kerajinan batik Rifaiyah, sebagai tempat promosi sekaligus pengenalan produk unggulan.

Ketua Dekranasda Kabupaten Batang, Uni Kuslantasi usai acara diskusi pengembangan batik Batang, Sabtu, di Batang, mengatakan bahwa pihaknya merasa bangga dengan munculnya produk batik Rifaiyah yang dapat diunggulkan dengan motif batik yang khas.

Baca juga: Pemkot Pekalongan pertemukan pengusaha batik dan pembeli mancanegara

"Kita memiliki tanggung jawab bagaimana memasarkan produk-produk unggulan seperti batik Rifaiyah agar makin diminati oleh pembeli lokal maupun mancanegara. Oleh karena itu kami bermimpi ada tempat 'show room' untuk tempat promosi memasarkan produk-produk UKM, termasuk bentuk contoh produk batik Rifaiyah," katanya.

Selain membangun tempat ruang pamer, kata dia, dekranasda juga terus berupaya mempromosikan produk UKM dan batik Rifaiyah dengan mengikuti beberapa ajang pameran ke luar daerah seperti ke Bali, Jakarta dan Balikpapan.

"Dari hasil promosi itu, sudah ada para pelaku kerajinan sudah bisa berjalan sendiri dan secara ekonomi sudah dapat menunjang ekonomi mereka dan perekonomian di daerah. Promosinya sudah luar biasa, kita tinggal memberikan semangat dukungan," katanya.

Baca juga: Pemkot Madiun berupaya kembangkan industri batik khas setempat

Ia mengatakan untuk melestarikan kerajinan batik Rifaiyah, dekranasda akan terus mendorong para pelaku dapat berinovasi dan kreatif dengan memunculkan motif-motif batik yang bisa spektakuler agar diminati oleh pembeli.

"Kita akan mengupayakan tamu-tamu pemerintah daerah bisa menyempatkan melihat atau membeli batik-batik itu. Ini juga sebagai upaya kami ikut memasarkan produk-produk unggulan di daerah pada tamu-tamu yang datang ke pemkab," katanya.

Direktur Peneliti dan Pecinta Batik Indonesia William Kwan mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat belum mengenal corak maupun motif batik apakah itu batik tulis atau batik cap.

"Saya menduga 97 persen sampai 98 persen, masyarakat belum bisa membedakan antara batik tulis dengan batik cap. Oleh karena itu kita perlu memberikan pengetahuan tentang batik baik melalui visual maupun yang lainnya," katanya.

Pada acara diskusi itu, pelaku kerajinan batik disuguhi pemutaran film pendek dari seorang seniman Belanda Sabine Bolk. Film itu bernarasi tentang bagaimana batik dibuat yang diceritakan melalui media sebuah tarian batik dan menceritakan sejarah pengaruh Indo-Eropa dalam batik Pesisiran Jawa.

Baca juga: Pontianak berharap kampung batik jadi kawasan ekonomi kreatif
 

Pewarta: Kutnadi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019