Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Senin pagi, memperpanjang kerugian besar pekan lalu, karena para pedagang khawatir perlambatan ekonomi global akan membebani pertumbuhan permintaan minyak di masa depan, sementara mengaitkan harapan rebound pada kemajuan pembicaraan pekan ini untuk mengakhiri perang dagang Amerika Serikat dan China.

Harga minyak mentah berjangka Brent turun 24 sen menjadi diperdagangkan di 58,13 dolar AS per barel pada pukul 01.47 GMT (08.47 WIB), sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) berkurang 12 sen menjadi diperdagangkan di 52,69 dolar AS per barel.

Kedua kontrak pekan lalu berakhir dengan penurunan lebih dari lima persen setelah data manufaktur suram dari Amerika Serikat dan China, karena pertikaian yang masih berlangsung antara negara-negara top dunia merugikan pertumbuhan global dan meningkatkan risiko resesi.

Para pejabat AS dan China akan bertemu di Washington pada 10-11 Oktober dalam upaya baru berikutnya yang sangat dinanti untuk menyelesaikan suatu kesepakatan.

Di sisi pasokan, dimulainya kembali lebih cepat dari yang diperkirakan dalam produksi Arab Saudi setelah serangan 14 September pada fasilitas produksi utama juga memberikan tekanan turun pada harga minyak, meskipun Timur Tengah tetap tegang.

Di Irak, produsen terbesar kedua di antara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), kerusuhan anti-pemerintah yang mematikan merupakan tantangan keamanan dan politik terbesar sejauh ini kepada pemerintah tahun lalu Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi.

Pasokan global juga menghadapi tekanan dari perbaikan dan pemeliharaan fasilitas.

Ladang minyak Buzzard di Laut Utara Inggris telah ditutup untuk pekerjaan perbaikan pipa, kata juru bicara CNOOC China, Jumat (4/10/2019). Buzzard adalah kontributor utama aliran minyak mentah Forties, yang terbesar dari lima kelas minyak Laut Utara yang menopang masa depan minyak mentah Brent.

Sementara itu National Oil Corporation (NOC) Libya mengatakan pada Minggu (6/10/2019) bahwa mereka akan menutup ladang minyak Faregh di pelabuhan Zueitina untuk pemeliharaan terjadwal mulai Senin hingga 14 Oktober. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.

Baca juga: Harga minyak "rebound," dipicu penurunan rig dan data tenaga kerja AS



 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019