Cikarang, Bekasi (ANTARA) - Produsen baja lapis zinc alumunium bermerek dagang Nexalume, PT Tata Metal Lestari meresmikan pabrik baru dengan total nilai investasi sebesar Rp1,5 triliun di Kawasan Industri Delta Silicon Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Rabu (9/10).

Chief Financial Officer PT Tata Metal Lestari, Wulani Wihardjono mengatakan pabrik yang hari ini diresmikan merupakan perluasan usaha Tata Logam Group yang telah berkontribusi selama 25 tahun mengatapi nusantara sebagai produsen genteng metal dan baja ringan yang teruji.

"Beberapa produk kami di antaranya genteng metal Multi Roof, Surya Roof, Sakura Roof, dan baja ringan TASO," katanya.

Baca juga: Menperin incar investasi sektor kimia hingga baja asal Jepang

Wulani menjelaskan Tata Metal sendiri merupakan ekspansi dari industri hilir Tata Logam Group yang memroduksi genteng metal dan baja ringan ke industri hulu sebagai produsen bahan bakunya dengan kapasitas produksi sebesar 225.000 ton pertahun.

"Diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pasokan baja lapis di dalam negeri dan pembangunan infrastruktur serta konstruksi di Indonesia," kata dia.

Pabrik continous coating line PT. Tata Metal ini beroperasi menggunakan mesin yang canggih dan modern dilengkapi Air Knife dan Continous Annealing Line berteknologi terdepan yang mampu memastikan uniformity dalam lapisan metal dan grade baja yang lebih baik. Fasilitas continuous coating line ini juga dilengkapi dengan dual pot untuk melakukan continous coating dengan molten metal lainnya.

Baca juga: Indonesia tingkatkan kapasitas produksi baja penuhi kebutuhan domestik

Berstandar industri 4.0 mesin produksi PT Tata Metal Lestari beroperasi secara otomatis, berbasis teknologi DNA (Device, Network, Application). Teknologi ini menjamin tingkat akurasi, kecepatan, dan standar yang konsisten bagi semua produk yang dihasilkan, berbeda dengan pabrik sejenis lainnya, mesin PT. Tata Metal Lestari mampu memroduksi hingga ketebalan 2.5 milimeter.

Pendirian pabrik Tata Metal ini diyakini bakal mampu menjadi bagian dari rantai pasok dalam negeri bahkan tingkat ASEAN serta memberikan efek ganda bagi perekonomian Indonesia melalui peningkatan terhadap nilai tambah dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan negara dari ekspor.

"Industri baja di Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh dengan rata-rata 6 persen per tahun sampai tahun 2025. Hal ini dipicu oleh tingginya permintaan bahan baku untuk sektor konstruksi yang tumbuh 8,5 persen," kata Wulani.

Wulani juga berharap produk yang dihasilkannya itu mampu merambah pasar Amerika. "Karena saat ini peluang pasar di Amerika sangat terbuka, sebagai imbas perang dagang dengan Tiongkok," ungkapnya.

Direktur Industri Logam pada Kementerian Perindustrian, Dini Hanggandari mengatakan pembangunan rumah hunian dan infrastruktur masih memerlukan baja ringan.

"Kebutuhan atap baja ringan dibutuhkan sebesar 1,5 juta ton pertahun sementara suplai dari lima produsen di Indonesia baru menghasilkan 1,2 juta ton pertahun. Jadi masih ada kekurangan suplai. Dengan diresmikan PT Tata Metal Lestari ini diharapkan mampu menopang kebutuhan baja ringan dalam negeri dan terlebih lagi jika mampu masuk ke pasar internasional," kata Dini.(KR-PRA).

Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019