bisa jadi serangan yang bersifat pribadi itu akan muncul lagi dan terjadi di tempat dan pada orang berbeda,
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie mengatakan penyerangan terhadap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto tidak dapat ditoleransi.

Ia mengimbau masyarakat supaya tidak pernah membenarkan upaya pembunuhan terhadap Menko Polhukan Wiranto.

"Jangan ada pembenaran dengan usaha pembunuhan pak Wiranto. Apapun motif dan cara pikir alasannya. Masyarakat jangan malah begitu. Tidak boleh ada toleransi," kata Jimly dalam keterangan pers yang diterima ANTARA, Jakarta, Kamis.

Baca juga: Pakar: Setelah kejadian penyerangan Wiranto, tingkatkan kewaspadaan

Menurut Jimly, aksi kekerasan dengan apapun dasar pemikiran maupun ideologi yang mempengaruhinya merupakan perbuatan yang salah serta tidak boleh ditoleransi.

Tindakan yang mengakibatkan risiko terhadap nyawa orang lain merupakan perbuatan kriminal, yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan hukum.

Sementara itu, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lili Romli merekomendasikan agar pengamanan pejabat publik harus lebih ketat lagi.

Menurut Lili, kewaspadaan perlu ditingkatkan menjelang pelantikan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia pada Oktober 2019.

"Dalam situasi menjelang pelantikan presiden ini kewaspadaan memang harus ditingkatkan, bisa jadi serangan-serangan yang bersifat pribadi itu akan muncul lagi dan terjadi di tempat dan pada orang yang berbeda," ujarnya.

Tindakan penyerangan dari oknum tidak dikenal menggunakan senjata tajam (pisau) dialami Wiranto di Pandeglang, Banten, sekitar pukul 11.50 WIB.

Wiranto berkunjung ke Pandeglang untuk menghadiri peresmian gedung perkuliahan Universitas Mathlaul Anwar.

Sesaat setelah Wiranto meninggalkan acara peresmian, tiba-tiba seseorang dari arah belakang menikam Wiranto.

Baca juga: MUI kecam penyerangan Wiranto
 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019