Ouagadougou (ANTARA) - Warga yang terpaksa meninggalkan rumah mereka di dua kawasan di Burkina Faso, yang terkepung kekerasan etnik dan garis keras, melonjak lebih dari enam kali lipat sejak Januari menjadi sekitar 500.000, menurut PBB dan kelompok bantuan, Jumat.

Serangan garis keras serta bentrokan antara komunitas petani dan penggembala sepanjang tahun ini meningkat, menewaskan ratusan warga sipil dan juga tentara.

Baca juga: Dua serangan di Burkina Faso tewaskan 29 orang

Burkina Faso, yang pernah menjadi kantong wilayah yang tenang di Sahel, mengalami perlawanan di dalam negeri selama tiga tahun belakangan, yang diperparah oleh limpahan kekerasan garis keras dari negara tetangga Mali.

Dalam pernyataan di akhir kunjungan ke Burkina, 11 badan bantuan PBB dan organisasi non-pemerintah, melaporkan bahwa situasi yang tidak aman juga melumpuhkan sektor kesehatan dan pendidikan.

"Misi tersebut dikagetkan oleh keparahan dan urgensi krisis kemanusiaan," kata Margot van der Velden, direktur kedaruratan Program Pangan Dunia PBB.

Baca juga: Serangan gerilyawan di Burkina Faso tewaskan 24 tentara

Lembaga-lembaga tersebut meminta pendonor agar meningkatkan bantuan kepada Burkina, yang mereka sebut membutuhkan 187 juta dolar AS untuk menolong 1,3 juta orang.

Dalam kekerasan berskala besar baru-baru ini yang terjadi pekan lalu, para tersangka garis keras menewaskan sekitar 20 orang dalam serangan di situs penambangan emas di wilayah utara.

Baca juga: Burkina Faso hargai peran pasukan perdamaian Indonesia

Sumber: Reuters

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019