Pangkalpinang (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana memprioritaskan penerapan Program Keluarga Tangguh Bencana (Katana) di daerah rawan bencana, guna meningkatkan pemahaman dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana alam.

"Katana ini merupakan bagian dari Destana dan akan diimplementasikan pada 2020 kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana," kata Kasubdit Peran Lembaga Usaha BNPB Firza Ghozalba pada Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana 2019 di Pangkalpinang, Sabtu.

Ia mengatakan Katana ini merupakan mikromoskos dari penanggulangan bencana. Dalam konteks bencana, keluarga menjadi fokus inti dan diharapkan dalam upaya peningkatan ketangguhan bencana dan ketahanan terhadap bencana, konsepsi katana menjadi penting dan dapat dikembangkan serta diterapkan sebagai proses yang terus menerus.

"Akar permasalahan di lapangan yang ditemukan adalah kapasitas terkait pemahaman dan kesiapsiagaan menghadapi bencana yang masih perlu ditingkatkan. Jika masalah-masalah tersebut teratasi, korban menjadi kecil," ujarnya.

Menurut dia kunci Katana adalah adanya kemitraan antarlintas sektor, karena program ini bukan milik BNPB tetapi program bersama, baik di pemerintahan maupun pemangku kepentingan lainnya.

Ada tiga tahapan dalam Katana, yaitu sadar risiko bencana, mengetahui dan sadar akan risiko bencana di lingkungannya, pengetahuan agar masyarakat mengetahui dan memperkuat struktur bangunan paham manajemen bencana, edukasi bencana dan terakhir berdaya atau mampu menyelamatkan diri sendiri keluarga dan tetangga.

"Katana ini diselaraskan dengan Hari Kesiapsiaagan setiap 26 April. Evakuasi mandiri di tingkat keluarga dilakukan siang dan malam hari, karena bencana sering terjadi pada siang dan malam hari," katanya.

Penasehat Museum Gempa Prof. Sarwidi mengingatkan jangan membiarkan ancaman menjadi bencana. Penggunaan pedoman struktur aman gempa dalam membangun bangunan juga sangat penting.

"Pembangunan rumah tahan gempa yang di Indonesia ada Risha, Barrataga, Simutaga dan Barralaga. Bangunan bisa dibuat tahan gempa. Setelah itu dilakukan pengendalian dalam penerapannya," ujarnya.

Menurut dia keluarga memiliki peran penting dalam pengurangan risiko bencana karena keluarga adalah struktur masyarakat terkecil pertama yang memberikan sosialisasi kepada setiap anggotanya.

"Keluarga dapat memberikan sosialisasi pendidikan bencana sejak dini terutama kepada anak-anak dan remaja," katanya. 
Baca juga: BNPB tekankan kesadaran masyarakat akan ancaman bencana tsunami
Baca juga: BPPT luncurkan rumah tahan gempa dan api untuk daerah rawan bencana

Pewarta: Aprionis
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019