Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Pendiri Gramen Bank Bangladesh Muhammad Yunus menyarankan agar program pengembangan kredit mikro fokus pada tujuan mengentaskan rakyat miskin dan memberdayakan perempuan. "Fokuslah pada kaum miskin dan perempuan. Itu adalah jalan terbaik agar kredit mikro bisa berjalan," kata peraih Nobel Perdamaian 2006 di sela-sela pertemuan wilayah Asia Pasifik tentang Kredit Mikro di Nusa Dua Bali, Rabu. Menurut pendiri Grameen Bank pada tahun 1976 itu, misi program kredit mikro haruslah bertujuan membantu rakyat miskin dan bukan untuk mencari profit atau keuntungan sebanyak-banyaknya. "Dasar tujuan pemberian kredit mikro tidak bisa untuk mencari profit atau keuntungan pribadi. Selama saya menjalani Grameen Bank, tidak ada yang untuk tujuan pribadi, tapi semua untuk kaum miskin," katanya. Karena bertujuan untuk membantu rakyat miskin, maka Yunus menekankan bahwa suku bunga pada kredit mikro tidak boleh terlalu tinggi dan besarannya harus dijelaskan secara tranparan kepada para peminjam. Ia mengatakan suku bunga standar bagi kredit mikro adalah biaya operasional ditambah 10 persen, namun masih bisa ditolerir jika suku bunga yang dikenakan adalah biaya operasional plus 50 persen. "Cost of fund ditambah 10 persen itu masuk wilayah green zone kredit mikro. Jika cost of fund ditambah 50 persen, itu masuk wilayah kuning. Tetapi jika cost of fund ditambah lebih dari 50 persen itu bukan lagi kredit mikro," katanya. Dalam penilaiannya, perbankan komersial yang akan ikut menyalurkan kredit mikro juga bisa dilihat latar belakang misinya dengan melihat dari suku bunga yang ditetapkannya. "Jika suku bunganya di atas 50 persen, maka hal itu bukan kredit mikro, karena mereka bertujuan untuk mencari untung dan bukan membantu rakyat miskin," katanya. Selain itu, Yunus menyarankan agar pengenaan suku bunga pada kredit mikro juga dilakukan secara transparan, dengan menjelaskan secara jujur dan detail bunga yang dikenakan. "Ada yang mengatakan hanya tiga persen, tetapi tidak dijelaskan secara transparan bahwa nilai itu untuk satu bulan, sehingga kalau setahun akan menjadi 36 persen. Ada juga yang mengatakan hanya 20 persen, tetapi ternyata itu untuk setengah tahun saja," katanya. Tingkat suku bunga kredit mikro dan transparansi dalam pengenaannya itulah yang menurut Yunus menjadi isu utama dalam pertemuan "Kredit Mikro Asia Pasifik" yang berlangsung sejak Senin (28/7) lalu dan berakhir pada Rabu (30/7). Yunus mengatakan Grameen Bank selama ini benar-benar fokus pada kaum miskin dengan memberikan pinjaman kepada para pengemis dan perempuan. "Hampir 80 persen orang miskin di Bangladesh telah mendapatkan akses kredit dari Grameen Bank dan 90 persen dari mereka adalah kaum perempuan," katanya. Kaum perempuan sangat diberdayakan di Grameen Bank selain sebagai peminjam juga menjadi pengurus bank itu yang bertugas menentukan suku bunga dan gaji para pegawai Grameen Bank. Mengenai pengawasan kegiatan lembaga kredit mikro, Yunus mengatakan sebaiknya tidak dilakukan oleh bank sentral karena perbedaan wilayah cakupan. "Bank sentral bukan otoritas yang layak untuk mengawasi kredit mikro. Bank sentral mengatur dan mengawasi yang besar-besar bukan kredit mikro," katanya. Di Bangladesh, pengawasan dan pengaturan kredit mikro dilakukan bukan oleh bank sentral tetapi oleh otoritas pengatur keuangan mikro dan hanya melibatkan bank sentral untuk urusan tertentu saja. Mengenai keberadaan program linkage di Indonesia untuk menjangkau masyarakat di pedesaan, Yunus berpendapat program itu tidak akan penuh fokus pada kaum miskin karena BPR yang mengikuti program linkage sangat bergantung pada bank yang memberikan dana. "Mereka tidak bisa 100 persen fokus ke rakyat miskin. Butuh unit khusus yang tidak tergantung pada bank agar bisa fokus pada kaum miskin," katanya. Saat ini, Grameen Bank memiliki 7,53 juta peminjam dengan 93 persen diantaranya adalah perempuan. Grameen bank memiliki 2.517 cabang yang bekerja di 82.312 desa dengan jumlah karyawan 24.489 orang. Total pinjaman yang disalurkan Grameen Bank hingga Juni 2008 sebesar 7,12 miliar dolar AS dan pinjaman yang dikembalikan mencapai 6,36 miliar dolar AS. Dalam 12 bulan terakhir, sejak Juni 2007 - hingga Juni 2008 pinjaman yang disalurkan sebesar 811,14 juta dolar AS dengan perkiraan pinjaman yang dicairkan selama 2008 sebesar 874 juta dolar AS, dengan tingkat pengembalian kredit sebesar 98,11 persen.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008