Ambon (ANTARA) - Badan Meteorolgi, Klimatologi, dan Geofisika menyatakan, siklus gempa bumi tektonik yang melanda di Pulau Seram yang dikenal dengan gempa  Elpaputih yang mengakibatkan terjadi longsoran hingga meneggelamkan sebuah kampung membutuhkan waktu yang sangat lama.

"Gempa Elpaputih itu terjadi pada 30 September 1899 dengan kekuatan magnitudo 7,0 saat itu dan hingga sekarang belum terjadi lagi gempa yang besar di wilayah tersebut," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG pusat gempa regional IX Ambon, Andi Azhar Rusdin di Ambon, Senin.

Untuk kemungkinan siklusnya, kalau bicara proses geologi berarti ini adalah proses yang terjadi saat ini merupakan cerminan masa lampau dan akan terulang lagi.

Baca juga: Guncangan gempa cukup kuat dirasakan warga Piru, Pulau Seram

"Jadi siklus untuk peristiwa di Elpaputih dengan kekuatan yang sama bisa terulang tetapi butuh waktu yang lama," tegas Andi Azhar.

Dia juga membantah rumor tentang Pulau Ambon, Seram, dan Lease yang akan masuk ke dasar Palung Banda.

Menurut dia, Palung Banda terbentuk karena proses tumbukan lempeng indo Australia dan lempeng Euroasia sehingga membentuk lipatan-lipatan di dasar laut.

Baca juga: Pulau Seram bagian barat diguncang gempa 5 magnitudo

"Untuk posisi palung banda sendiri tidak menyentuh Pulau Ambon dan Lease sehingga informasi yang beredar di masyarakat bahwa wilayah ini akan tenggalan adalah informasi sesat yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya," kata Andi Azhar.

Rasa kekhawatiran masyarakat karena fakta ada desa di Tanjung Elpaputih yang pernah tenggelamkan akibat patahan, sebenarnya itu akibat gempa bumi tektonik yang besar di Pulau Seram dan terjadi gelombang air pasang (tsunami) dan ada pelepasan matreial atau longsoran dalam bentuk yang sangat besar.
Baca juga: Gempa 5,2 skala Richter guncang Pulau Seram Ambon

 

Pewarta: Daniel Leonard
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019