Pontianak (ANTARA) - Sebanyak 41 komunitas lintas sektor di Provinsi Kalimantan Barat menggelar kegiatan bersama pameran koran atau surat kabar lama yang disebut "Seratoes - 248", dengan mengambil makna dua kejadian di Oktober 2019 yang hanya akan terjadi satu kali.

Pertama, 100 tahun surat kabar pertama di Borneo Barat (Kalimantan Barat) dan yang kedua 248 tahun hari jadi Pontianak.

Ketua kegiatan "Seratoes - 248", Ahmad Sofian di Pontianak, Senin menuturkan bahwa surat kabar pertama di Kalbar adalah Borneo Barat Bergerak yang diterbit 1 oktober 1919, dan hari jadi Pontianak ditetapkan pada 23 Oktober 1771.

Menurut dia, momentum 100 tahun surat kabar di Kalbar juga bertepatan dengan hari jadi kota Pontianak ke 248 tahun. "Kami berupaya menggabungkan dua momen ‘langka’ tersebut. Kemudian mengambil angka-angka 248 sebagai bentuk dan rangkaian kegiatan. Angka 2 untuk 2 kegiatan pameran koran langka dan pameran buku lokal. Angka 4, untuk jumlah venue (tempat), dan angka 8, untuk bedah buku serta diskusi yang akan di adakan," katanya menjelaskan.
Baca juga: Pameran satu abad surat kabar digelar di Sumatera Utara

Pameran koran langka rencananya di beberapa lokasi, salah satunya di kantor Perum LKBN Antara Biro Kalbar yang terletak di Jalan Johar, Pontianak. Pembukaan pameran dijadwalkan pada Selasa (15/10) sore sekaligus akan ada diskusi tentang buku lokal.

Selain di kantor Perum LKBN Antara Biro Kalbar, pameran secara bergilir akan digelar pula di Kafe Daun Lebar di Jalan Sepakat 1, kemudian di Warung Kopi BOS di Jalan M Sohor, serta PMK Co-working Space di jalan Wonoyoso .

"Pameran koran langka ini akan dilaksanakan hingga akhir Oktober 2019," kata Ahmad Sofian.

Pada Pameran Koran Langka, akan ditampilkan salah satu edisi lengkap dari surat kabar Halilintar, Soeara Borneo, Warta Borneo, Berani, Sinar Borneo, Kapoeas Bode, Oetoesan Borneo, Matahari Borneo, Borneo Barat, Borneo Shimbun, serta juga potongan halaman depan surat Borneo Barat Bergerak.

Selain pameran koran langka juga akan ada pameran buku-buku lokal dari Kalimantan barat. Beberapa diantaranya akan dibedah dan didiskusikan. Seperti : Buku Borneo Westeraffdeling (Borneo bagian barat. Geografis, Statistik, Historis 1854-1856) Jilid 1-2, Sejarah HMI Cabang Pontianak, Revolusi Oktober 1946 di Kalimantan Barat, Pers Dan Pemikiran Intelektual Di Borneo Barat masa Kolonial, satu Tahun Kuwas Jelajah Kota Jaga Sejarah, Novel Djampea, Bahasa Melayoe Dalam Surat Kabar Halilintar, Sejarah Penyiaran Di Kalbar, Kumpulan Cerpen Demikian Pada Mulanya, Mencari Ruang Publik Di Warung Kopi, Sultan Hamid 2, Pontianak Heritage.
Baca juga: Dari pers Hindia Belanda hingga Pers Nasional Indonesia

Selain membedah buku, dalam ranakian kegiatan juga nantinya aka nada beberapa diskusi di seputaran tema Membangun TBM Dengan Buku-buku Lokal Konten Kalbar, Mengangkat Potensi Lokal Ke Dalam Film. Perempuan Dalam Sejarah, Peran Pembangunan Daerah serta tema Potensi Sejarah Untuk Destinasi Wisata Di Kota Pontianak.

"Salah satu pesan penting dari rangkaian kegiatan ini juga adalah seluruh kegiatan dilakukan secara mandiri dan swadaya," ujar dia.

Bersama-sama dalam mendiskusikan serta menjadikannya nyata. Segala kebutuhan pendanaan juga dilakukan urug rembuk bersama atau Crowdfunding. Dengan fundraising membuat dan menjual kaos kegiatan.

Ia berharap, kegiatan ini tidak hanya bernostalgia akan moment-moment itu. "Namun juga membawa pesan, untuk bersama-sama kita mengetahui dan tidak lupa akan sejarah penerbitan surat kabar.

Karena keberadaan surat kabar dari masa ke masa tidak hanya menyajikan cerita / berita. Namun, sesungguhnya juga mengungkap serta menyajikan fenomena sosial, ekonomi, budaya, politik, hankam dan lainnya. Menjadi jendela masa serta warisan suasana, peninggalan juga pemikiran antar generasi," kata dia.

Kepala Perum LKBN ANTARA Biro Kalbar Teguh Imam Wibowo menyambut baik kegiatan tersebut karena dapat mengenalkan kepada masyarakat tentang perkembangan jurnalistik pada masa itu di Kalbar. "Disrupsi teknologi membuat koran atau media cetak semakin terdesak, namun sesungguhnya media cetak tidak akan benar-benar mati karena 100 tahun lalu sudah terbit di Kalbar," kata dia.

Ia melanjutkan, ANTARA selaku satu-satunya kantor berita resmi milik negara di Indonesia, tetap ingin menjaga dan menjadi bagian dari sejarah tersebut.
Baca juga: Google Digitalkan Koran-koran Tua untuk Pembaca Online
Baca juga: Surat kabar tertua Malaysia bakal tutup

Pewarta: Teguh Imam Wibowo
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019