Palembang (ANTARA) - Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Palembang, Sumatera Selatan terus berupaya mengajak pelaku usaha atau produsen makanan di kota itu menggunakan pengawet alami.

Untuk menggalakan penggunaan pengawet alami gencar dilakukan kegiatan sosialisasi penggunaan palata atau pengawet alami dan bahaya penggunaan formalin dan boraks untuk pengawet makanan, kata Kepala BBPOM Palembang, Hardaningsih di Palembang, Jumat.

Pelaku usaha makanan diingatkan untuk menghentikan penggunaan formalin dan boraks sebagai bahan campuran dalam kegiatan produksi karena bahan kimia tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika sampai dikonsumi apalagi terus menerus dalam waktu lama.
Baca juga: Produsen tahu diimbau gunakan palata sebagai pengawet alami

Selain menggalakkan kegiatan sosialisasi, untuk mencegah dan menertibkan penggunaan formalin, boraks, dan bahan kimia berbahaya lainnya, pihaknya juga secara intensif melakukan razia produk makanan yang dijual di pasar trasional dan swalayan.

Jika makanan yang beredar di pasaran ditemukan menggunakan bahan kimia berbahaya bagi kesehatan manusia akan disita serta penjual dan produsennya akan diproses sesuai dengan ketentuan hukum, katanya.

Dia menjelaskan, pengawet alami palata terbuat dari bahan ekstrak kulit pisang yang keamananya sudah teruji seperti untuk memproduksi tahu barsng yang dihasilkan bisa tahan dalam waktu dua hari atau sekitar 48 jam.
Baca juga: Pengganti boraks dan formalin dari Unitomo

Pelaku usaha makanan dapat membeli palata di pasaran dengan harga berkisar Rp10.000 hingga Rp15.000 per 100 gram, lebih murah dibandingkan dengan bahan kimia formalin yang berbahaya dan dilarang untuk pengolahan makanan.

Sementara sebelumnya Wakil Wali Kota Palembang Fitrianti Agustinda pihaknya bersama BBPOM berupaya mengecek produk makanan yang beredar di kota ini untuk memastikan terbebas dari bahan kimia berbahaya bagi kesehatan.

"Kami mendukung BBPOM meningkatkan penggunaan pengawet alami di kalangan pelaku usaha makanan dengan menugaskan instansi terkait melakukan pembinaan kepada masyarakat," kata Wawako Fitrianti Agustinda.
Baca juga: Indonesia ekspor mangga dengan teknologi pengawet alami

Pewarta: Yudi Abdullah
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019