kondisi pasar semen dalam negeri saat ini tidak sebagus ekspor
Surabaya (ANTARA) - PT Semen Indonesia Tbk akan terus mengoptimalkan potensi ekspor agar pasar semen domestik tidak semakin tertekan, sebab kebutuhan semen Tanah Air semakin minim dibanding kapasitas tersedia.

Kepala Departemen Komunikasi Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk Sigit Wahono di Surabaya, Jumat mengatakan, optimalisasi ekspor didorong untuk menghadapi kondisi tersebut.

"Kami terus mencari pasar baru demi meningkatkan kinerja. Salah satunya mulai masuk ke Tiongkok,” ujarnya kepada wartawan.

Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), kapasitas semen di Tanah Air telah mencapai 113,1 juta ton, sedangkan kebutuhan semen di pasar hanya 70 juta ton, sehingga Indonesia mengalami kelebihan kapasitas produksi sekitar 30 juta ton.

Sigit mengatakan, tahun 2019 untuk pertama kalinya perseroan mendapatkan buyer semen dari Tiongkok, hal ini karena kondisi di sana sedang mengalami kekurangan pasokan semen akibat adanya banyak pemberhentian pabrik dikarenakan isu lingkungan.

Baca juga: Semen Indonesia optimistis jadi pemain kuat pasar regional
Baca juga: Semen Indonesia matangkan rencana ekspansi ke Bangladesh

"Tentu ini menjadi peluang bagus. Tapi kami masih belum tau kontinuitasnya seperti apa di Tiongkok karena ini masih sangat baru dan ekspornya juga masih sedikit,” terangnya.

Selain Tiongkok, Semen Indonesia juga sedang fokus menggarap pasar Asia Selatan dan Asia Tenggara, seperti Bangladesh, India, Sri Lanka, Filipina, dan Timor Leste.

"Kami juga punya pasar baru lagi di Maladewa yang saat ini sedang digarap,” lanjutnya.

Dengan berbagai strategi itu, kinerja perseroan sepanjang Januari-September 2019 mengalami peningkatan sekitar 7 persen atau menjadi 2,9 juta ton.

"Memang kondisi pasar semen dalam negeri saat ini tidak sebagus ekspor. Secara total market mengalami penurunan 2 persen dibanding tahun lalu. Hal tersebut berdampak pada penjualan perseroan yang ikut merosot sampai 4,9 persen hingga September 2019," katanya.

Menurut Sigit, faktor yang mempengaruhi penurunan yaitu adanya agenda pemilu pada semester satu yang membuat sejumlah proyek "wait and see". Sebab pelaku bisnis menunggu kebijakan-kebijakan apa yang akan dikeluarkan pada pemerintahan yang baru.

Sigit berharap di kuartal akhir ini ekonomi bisa kembali bergairah dan proyek-proyek bisa berjalan lagi. Sehingga produksi semen bisa terserap pasar dengan maksimal.



Baca juga: Semen Indonesia optimistis hadapi persaingan pasar 2019
Baca juga: Penjualan Semen Indonesia di Jatim turun 9,4 persen

Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019