Dalam setiap langkah, kekuatan politik itu saling rangkul, saling sindir, dan bertentangan itu biasa. Enggak masalah
Jakarta (ANTARA) - Bambang Sulistomo, putra pahlawan nasional Sutomo (Bung Tomo) menilai sikap saling sindir, saling rangkul, bahkan bertentangan sikap merupakan hal biasa dalam politik.

"Dalam setiap langkah, kekuatan politik itu saling rangkul, saling sindir, dan bertentangan itu biasa. Enggak masalah," katanya, di Jakarta, Jumat.

Hal tersebut disampaikannya usai diskusi publik dalam rangka menyambut Hari Pahlawan ke-74 dengan tema "Pahlawan Anti-Radikal untuk NKRI, Indonesia Maju", yang diprakarsai Forum Jurnalis Merah Putih.

Baca juga: Surya Paloh tegaskan Partai NasDem tak hanya pentingkan partai koalisi

Bambang yang Ketua Umum Ikatan Pendukung Kemerdekaan itu pun mengamati dinamika politik yang terus berkembang, termasuk hubungan NasDem dengan koalisi pendukung pemerintah.

"Kenapa? Pak Jokowi nyindir kok (Nasdem) mesra banget (dengan PKS)? Saya kira Pak Jokowi juga boleh nyindir seperti itu, enggak masalah, dan ketawa-ketawa semuanya kan," ucapnya.

Artinya, kata dia, dinamika hubungan parpol pasti terjadi dan biasa dalam politik sebagai langkah untuk menunjukkan bargaining position setiap saat, bukan hanya untuk momentum tertentu.

Baca juga: Pengamat sarankan Surya Paloh perbaiki relasi koalisi dengan Jokowi

"Rangkul-rangkulan pun mereka menghitung, pasti PKS ngitung dampaknya apa? NasDem juga ngitung dampaknya apa? Pasti itu, dan bolehlah menghitung," tuturnya.

Bambang juga tidak yakin NasDem akan memilih beroposisi setelah mendukung mati-matian Jokowi-Ma'ruf Amin pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2019.

Apalagi, NasDem juga mendapatkan jatah tiga menteri pada Kabinet Indonesia Maju, yakni Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Menteri Pertanian.

Menurut Bambang, setiap parpol pasti selalu melakukan bargaining untuk tujuan mendapatkan kekuasaan dan sah, asalkan dimaksudkan untuk menyejahterakan rakyat.

"Parpol untuk apa? Tujuannya untuk kekuasaan. Kalau tujuan kekuasaan untuk menyejahterakan rakyat, tidak masalah. Yang penting, ada etika dan moral politik," katanya.

Baca juga: Mencermati zig-zag politik Surya Paloh

Baca juga: NasDem beroposisi, pengamat sebut Jokowi perlu ajak "ngobrol" Paloh

Baca juga: Pakar: Surya Paloh terapkan "The Game Theory in Communication"

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019