Surabaya (ANTARA News) - Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur Kombes Pol Condro Kirono membantah politisi dan aktor film senior almarhum Sophan Sophiaan meninggal dunia karena ditabrak, melainkan kecelakaan tunggal saat tur "Jalur Merah Putih" (17/5/2008). "Sembilan saksi yang sudah diperiksa polisi menyebutkan bahwa almarhum mengalami kecelakaan off out control atau kecelakaan tunggal dan belum ada yang menyebut ditabrak," katanya saat menggelar konferensi pers bersama Kasat Lantas Polres Ngawi AKP Eny Mardiasri dan Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Pudji Astuti di Balai Wartawan Mapolda Jatim, Kamis petang. Dirlantas Polda Jatim yang segera bertugas di Polda Metro itu mengemukakan hal itu menanggapi pernyataan isteri almarhum, Widyawati, di Jakarta (4/9) bahwa suaminya tewas bukan akibat terjatuh dari sepeda motor gede (moge) yang dikendarai saat touring menyemarakkan 100 Tahun Kebangkitan Nasional, melainkan karena dilindas pengendara sepeda motor di belakangnya. Widyawati mengaku mendapat bukti baru soal kematian suaminya, yaitu opini berbeda dari dokter, surat lampiran dari Polres Ngawi yang diduga hilang, keterangan saksi, dan surat tentang perkembangan perkara yang telah dibuka seseorang, bahkan Widyawati mengaku mengetahui siapa yang patut diduga melindas suaminya, tapi dirahasiakan. Namun, beberapa pengendara moge yang disebut-sebut ada di belakang Sophan adalah mantan Kapolri Jenderal Pol (Purn) Roesmanhadi dan mantan Dirjen Sistem Perencanaan Pertahanan Departemen Pertahanan (Dephan) Marsda (Purn) Pieter Wattimena. Menurut Dirlantas Polda Jatim Kombes Pol Condro Kirono, hingga kini belum ada satu pun kesaksian yang menyatakan almarhum ditabrak, namun pihaknya tidak akan menghentikan penyidikan bila ada keterangan lain. "Dalam pemeriksaan sembilan saksi memang ada kisaran suara dari ibu Atin, karena itu kami pun memanggil ibu Atin untuk diperiksa, namun keluarganya menyatakan ibu Atin masih ada di Amerika. Kalau datang, kami akan melayangkan panggilan kedua," katanya. Bahkan, katanya, saksi Murjoko yang menyebut almarhum ditabrak juga sudah diperiksa. "Pak Murjoko ternyata tukang ojek yang ada di TKP (tempat kejadian perkara) sekira tiga jam setelah kejadian. Dia memang saksi yang sempat ditanya wartawan yang datang belakangan, tapi ternyata dia tidak tahu langsung," katanya. Visum RS Sragen Dalam kesempatan itu, Kasat Lantas Polres Ngawi AKP Eny Mardiasri menambahkan visum et repertum dari Rumah Sakit (RS) Sragen menyebutkan almarhum mengalami luka memar dan lebam serta patah tulang di bagian rusuk. "Tapi, hal itu belum dapat dikatakan karena ditabrak, karena luka-luka seperti itu dapat diakibatkan beberapa sebab, bisa karena ditabrak, tapi bisa juga karena tertindih moge yang dikendarai," katanya. Setelah kejadian, katanya, pihaknya memantau TKP dan menemukan di lokasi kejadian ada lobang di bahu jalan yang lebarnya 40 cm dan panjangnya 90 cm. "Setelah pemeriksaan, kami memang mengirimkan surat lampiran dari Polres Ngawi kepada isteri almarhum sebagai ungkapan bela sungkawa, kemudian kami juga mengirimkan SPHP (Surat Pemberitahuan Hasil Penyidikan) sebagai bentuk pertanggungjawaban kami untuk memberitahukan perkembangan penyidikan," katanya. Namun, katanya, dugaan adanya lampiran diduga hilang, karena Polres Ngawi memang tidak menyertakan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) atau lampiran hasil pemeriksaan saksi, sebab BAP merupakan dokumen penting yang hanya boleh diketahui pimpinan Ditlantas Polda Jatim. "Jadi, kami sengaja tidak menyertakan lampiran dokumen penting itu, karena sifatnya memang tidak boleh diketahui umum," katanya. Menurut dia, sembilan saksi yang telah diperiksa antara lain Freddy Sumitro (peserta touring), Kusnadi (peserta touring), Kompol Haris (Polantas), AKP Yoga (Polantas), dan sebagainya. "Kalau ibu Atin memang peserta touring, tapi dia berada di belakang agak jauh, padahal kami sudah memeriksa peserta touring yang ada di dekat almarhum dan beberapa saksi mata," katanya. Rekan satu rombongan dalam touring itu, Tri Erika, menyatakan almarhum mengalami kecelakaan hingga meninggal akibat motor besarnya melindas lubang di perbatasan Sragen (Jawa Tengah) dengan Ngawi (Jawa Timur). Sophan sempat terjatuh, lalu motornya terguling, kemudian tubuhnya tertimpa motor serta membentur batu jalanan.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008