Presiden sudah setuju bangun pabrik propelan
Jakarta (ANTARA) - Untuk memperkuat ketangguhan militer nasional dalam menjaga pertahanan, Pemerintah Indonesia berinvestasi dengan membangun pabrik propelan.

"Pembiayaan dalam negeri nanti konsep finansialnya, sekitar Rp2 triliun lebih. Presiden sudah setuju bangun pabrik propelan," kata Direktur Utama PT Dahana (Persero) Budi Antono di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa.

Keinginan membangun pabrik propelan tersebut, lanjut dia, sudah melalui pembicaraan dengan Kementerian Pertahanan. Apalagi, kata dia, produksi peluru untuk tentara nasional dibutuhkan propelan sebagai bahan baku utama.

Budi menjelaskan saat ini Indonesia hanya mampu memproduksi sekitar 14 butir peluru untuk seorang prajurit per tahun. Jika memiliki pabrik propelan, kata dia, maka produksi peluru bisa meningkat beberapa kali lipat.

Setiap tahun pabrik tersebut, kata Budi,  akan memproduksi 600 ton yang akan akan diserap PT Pindad. Jika tidak terserap, maka akan dilepas ke pasar ekspor.

Selain itu, PT Dahana (Persero) juga akan membangun pabrik penghasil bahan peledak di Timor Leste pada tahun 2020. Budi mengatakan pembangunan pabrik bahan peledak di Timor Leste tersebut merupakan langkah ekspansi bisnis, termasuk ke negara-negara ASEAN.

"Itu Timor Leste yang menawarkan kepada kami. Kalau kami tidak ambil maka Selandia Baru dan Australia yang akan masuk ke Timor Leste dan itu peluang bagus untuk Dahana," kata Budi.

Lebih lanjut Budi menjelaskan nilai investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik tersebut terbilang kecil yaitu sekitar Rp 15 miliar, karena hanya pabrik kecil yang akan dibangun.

Baca juga: BUMN ini siap bangun pabrik bahan peledak di Timor Leste

 

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019