Bengkulu (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung menyatakan belum mengetahui pasti penyebab kematian beberapa penyu di pantai dekat saluran pembuangan limbah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara Teluk Sepang di Bengkulu.

"Penyebab pastinya belum diketahui meski sudah ada satu ekor yang dibedah," kata Kepala BKSDA Bengkulu-Lampung Donal Hutasoit di Bengkulu, Kamis.

Ia mengatakan bahwa hasil autopsi bangkai penyu sisik yang ditemukan di dekat saluran pembuangan limbah PLTU Teluk Sepang tidak menunjukkan adanya hal yang mencurigakan. Tidak ada makanan tidak alami yang ditemukan di dalam lambungnya.

Secara fisik, ia menjelaskan, bagian dorsal atau punggung penyu sudah mulai membusuk dan pada bagian ususnya ditemukan karet berukuran 1,5 cm. ​​​

"Temuan dalam lambung dan usus ini tidak dapat dijadikan sebagai penyebab kematian, karena itu perlu diuji laboratorium untuk mengetahui apakah ada unsur kimia," kata Donal.

Sebelumnya, warga Kelurahan Teluk Sepang mendapati lima penyu mati dalam waktu yang berdekatan di sekitar Pantai Teluk Sepang, tidak jauh dari lokasi pembuangan limbah air bahang PLTU. Warga juga menemukan ikan-ikan yang mati di area tersebut.

Santo Wahyudi mengaku belum pernah melihat kejadian semacam itu sejak tinggal di Teluk Sepang tahun 2005.

PLTU batu bara Bengkulu berkapasitas 2 x 100 Megawatt yang dioperasikan oleh PT Tenaga Listrik Bengkulu telah mengumumkan kegiatan uji coba pertama pada 19 hingga 26 September 2019. Pembangkit listrik itu direncanakan mulai memproduksi listrik pada Februari 2020.

Baca juga:
Lima penyu ditemukan mati tak jauh dari PLTU Bengkulu
100 penyu lekang dilepasliarkan di pantai Bengkulu


Pewarta: Helti Marini S
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019