Saya berkomitmen ke Pak Presiden, Pak mari kita bangun Indonesia dari Papua, selama ini membangun Papua dari Indonesia sekarang membangun Indonesia dari Papua, itu narasi yang akan kita usung
Jakarta (ANTARA) - Staf khusus Presiden dari kalangan milenial Gracia Billy Mambrasar mengaku ingin membangun Indonesia dari Papua.

"Saya berkomitmen ke Pak Presiden, Pak mari kita bangun Indonesia dari Papua, selama ini membangun Papua dari Indonesia sekarang membangun Indonesia dari Papua, itu narasi yang akan kita usung," kata Billy dengan mengenakan kemeja putih di veranda Istana Merdeka Jakarta, Kamis petang.

Presiden Jokowi hari ini memperkenalkan 7 orang stafsus baru dari kalangan milenial. Perkenalan itu dilakukan di veranda Istana Merdeka dengan duduk santai di bean bag.

"Kami berkomitmen membantu Pak Presiden dan pemerintah untuk tidak bekerja dalam bussiness as usual (rutinitas). Kita mencoba menimbulkan sense kekinian dan teknologi yang berbeda untuk membuat sistem pemerintahan ini lebih efektif dan efisien," tambah Billy.

Baca juga: Jokowi tak wajibkan tujuh staf khusus milenial "ngantor" tiap hari

Billy adalah CEO Kitong Bisa yang berasal dari tanah Papua. Pria berusia 31 tersebut adalah lulusan S2 Australian National University (ANU) dan kini tengah menempuh pendidikan master lainnya di Oxford University.

"Kami bekerja sudah cukup lama, saya sudah bekerja 9 tahun fokus di daerah-daerah terluar untuk melatih anak-anak muda untuk menjadi enterpreneur,dan saya akan membawa pengalaman saya untuk membantu presiden dan pemerintah Indonesia untuk menjangkau daerah-daerah terluar secara digital dan mengurani digital divide, jadi itu suasana berbeda yang akan kita bawa," tutur Billy menjelaskan.

Sedangkan Ayu Kartika yang merupakan pendiri sekaligus mentor lembaga SabangMerauke mengatakan bawha stafsus milenial dapat membantu bonus demografi yang dimiliki Indonesia.

"Jadi kalau Pak Jokowi selalu menekankan pentingnya SDM (Sumber Daya Manusia) unggul ya apalagi kita akan mengalami atau sedang mengalami bonus demografi, penting banget anak-anak muda beneran menjadi penopangnya Indonesia," ujar Ayu.

Baca juga: Presiden kenalkan 7 staf khusus milenial

Ayu mengatakan bahwa penting bagi para pemuda Indonesia untuk memiliki 21st century skills (keahlian abad XXI).

"Ada 4 C, critical thinking, creativity, communication, sama collaboration. Kalau orang-orang bisa berpikir kritis, Indonesia bisa lebih maju dan karena saya peduli banget dengan perdamaian, bisa berkolaborasi, harusnya Indonesia bisa lebih damai, kita 'ngomongin' toleransi tidak jauh-jauh dari kemampuan orang berpikir kritis," ungkap Ayu.

Ketujuh Staf Khusus Presiden dari kalangan milenial tersebut adalah

1. Adamas Belva Syah Devara. Pria berusia 29 tahun ini meraih gelar master dari Harvard University dan Stanford University. Ia merupakan pendiri sekaligus CEO Ruang Guru.
2. Putri Indahsari Tanjung, Putri merupakan lulusan Academy of Art di San Fransisco, Amerika Serikat. Putri juga merupakan CEO Creativepreneur Event Creator dan CBO Kreavi.
3. Andi Taufan Garuda Putra Andi yang berusia 32 tahun merupakan lulusan Harvard Kennedy School dan merupakan CEO salah satu lembaga keuangan mikro PT Amartha.
4. Ayu Kartika Dewi Wanita berusia 36 tahun ini adalah pendiri sekaligus mentor lembaga SabangMerauke. Ia meraih gelar MBA dari Duke University di Amerika Serikat.
5. Gracia Billy Mambrasar, CEO Kitong Bisa yang berasal dari tanah Papua. Pria berusia 31 tersebut adalah lususan S2 Australian National University (ANU) dan kini tengah menempuh pendidikan master lainnya di Oxford University.
6. Angkie Yudistia Perempuan berusia 32 tahun ini adalah anak muda penyandang disabilitas yang aktif bergerak di sosiopreneur melalui Thisable Enterprise yang didirikannya. Presiden Jokowi meminta Angkie untuk menjadi juru bicara Presiden di     bidang sosial.
7. Aminuddin Maruf Aminuddin merupakan santri muda berusia 33 tahun. Ia pernah menjadi Ketua Umum PB Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) periode 2014-2016.

Baca juga: Belva Devara jadi Stafsus Presiden, bagaimana nasib Ruangguru?

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019