Yogyakarta (ANTARA) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta masyarakat waspada terhadap modus penipuan seperti Kerajaan Agung Sejagat di Desa Pogung Jurutengah, Purworejo, Jawa Tengah.

"Masyarakat hati-hati lah. Soalnya masyarakat kita kalau diiming-imingi, aduh susah," kata Sultan di Kompleks Kantor Kepatihan, Yogyakarta, Senin.

Sultan HB X menyayangkan beberapa warganya di Yogyakarta turut menjadi korban penipuan itu.

Ia juga melontarkan sindiran mengapa mereka tidak bertanya dahulu kepadanya sebagai Raja Keraton Yogyakarta sebelum memutuskan percaya dan menjadi pengikut kerajaan fiktif di Purworejo itu.

"Ya keyakinannya begitu ya mau apa. Wong dulu mau jadi anggota (Kerajaan Agung Sejagat) ya 'ora takon aku' (tidak bertanya kepadaku) kok," kata Sultan sembari tertawa.

Sultan menilai masyarakat saat ini mudah diperdaya dengan beragam modus penipuan lantaran terlalu gampang mempercayai orang lain yang belum dikenal sebelumnya.

Menurut Sultan, bukan hanya penipuan semacam Kerajaan Agung Sejagat. Masyarakat selama ini juga gampang percaya dengan modus penipuan lainnya termasuk investasi abal-abal dengan iming-iming bunga yang tinggi.

"Bagaimana mewaspadai itu menjadi sesuatu yang penting. Masyarakat kita sangat mudah, sangat percaya pada orang lain, jadi ya susah. Belum tentu kenal saja dipercaya," kata dia.

Selain mudah percaya, menurut Sultan, masyarakat juga terlalu terbuka dengan siapa pun tanpa mampu menolak sehingga mudah dimanfaatkan orang lain untuk melakukan penipuan.

"Tapi kan tidak bisa mengubah kebiasaan seperti itu, terus (menjadi) tertutup kan tidak bisa. Satu-satunya cara ya kita sendiri yang harus hati-hati," kata dia.

Baca juga: FSKN minta pemerintah umumkan secara resmi keraton di Indonesia

Baca juga: Orientasi berpikir, dari Keraton Agung Sejagat hingga keindonesiaan

Baca juga: Dirjen: Tidak ada yang aneh dengan kemunculan kerajaan baru

Baca juga: Sejarawan nilai klaim Raja Keraton Agung Sejagat tidak sesuai sejarah

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020