Jakarta (ANTARA) - Dari banyak cerita rakyat yang beredar antar-generasi, kuntilanak adalah hantu yang dipercaya berasal dari perempuan hamil yang meninggal saat melahirkan. "Kuntilanak: Mangkujiwo" berupaya mengangkat cerita tentang makhluk halus yang terkenal di Indonesia melalui sudut pandang berbeda.

Apa yang disuguhkan sutradara Azhar Kinoi Lubis bukan sekadar adegan mengagetkan alias jumpscare, tapi fokus pada kisah yang jadi awal mula terciptanya kuntilanak.

"Fokus ke penceritaan, tapi tetap jual atmosfer horor," kata sutradara Azhar Kinoi Lubis dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (24/1).

“Mangkujiwo” mengusung genre horor-thriller mengenai awal mula lahirnya kuntilanak. Kanthi (Asmara Abigail) adalah perempuan biasa yang jadi korban perseteruan Brotoseno (Sudjiwo Tedjo) dan Cokrokusumo (Roy Marten) dalam memperebutkan pengaruh dan kekuasaan atas Loji Pusaka.

Perebutan itu membuat Brotoseno terpaksa melepas jabatannya karena difitnah oleh Cokrokusumo. Broto merencanakan balas dendam melalui bayi yang dikandung Kanthi, hasil hubungan gelap dengan Cokrokusumo.

Kanthi hidup menderita. Dia dipasung karena difitnah sebagai perempuan yang mengandung anak setan. Selama pemasungan, Kanthi dipaksa melewati proses yang membuatnya menjadi kuntilanak.

“Mangkujiwo” dibintangi juga oleh Yasamin Jasem, Karina Suwandi, Djenar Maesa Ayu, Septian Dwi Cahyo dan Samuel Rizal.

Kinoi mengajak penonton untuk melihat strategi persaingan Broto dan Cokro yang mengorbankan perempuan tak bersalah.
 
Ki-ka: Sutradara Azhar Kinoi Lubis, Sujiwo Tejo, produser Amrit Punjabi, Asmara Abigail, Yasamin Jasem, Djenar Maesa Ayu, Karina Suwandi dan Septian Dwi Cahyo di konferensi pers film "Mangkujiwo", Jakarta, Jumat (24/1/2020) (ANTARA/Nanien Yuniar)

"Mangkujiwo" memperlihatkan sisi manusiawi dari Kanthi sebelum berubah jadi kuntilanak. Perubahan tak serta merta terjadi. Kita bisa melihat kuntilanak dari kacamata lain, bukan sekadar hantu menyeramkan, tetapi korban kesewenang-wenangan.

Meski berdarah Batak, Kinoi mengangkat tema yang lekat dengan budaya Jawa. Tapi dia tak begitu kesulitan karena budaya Jawa dekat dengan dirinya sejak kecil. Kinoi menghabiskan masa kecil di Jawa Timur, akrab dengan budaya seperti ketoprak hingga ludruk.

Kinoi pun memasukkan unsur ilmiah, tak selalu mistis, agar penonton bisa mengikuti perjalanan Kanthi menjelma jadi salah satu hantu paling terkenal se-Nusantara. Elemen tubuh Kanthi disisipi dengan elemen makhluk lain yang merupakan perwujudan dari dedemit. Ada logika di balik perubahan Kanthi.

"Saya ingin menghadirkan sesuatu yang mistis tapi ilmiah," katanya.

Dibandingkan film-film "Kuntilanak" sebelumnya, yang dibintangi Julie Estelle, "Mangkujiwo" mengambil latar belakang beberapa dekade lalu. Berbeda dengan "Kuntilanak" yang menyelipkan humor di dalam cerita, "Mangkujiwo" memilih pendekatan serius dengan bumbu gore.

Pencinta film horor yang ingin mengetahui asal-usul kuntilanak bisa mendapatkan salah satu jawaban di "Mangkujiwo", di mana kita bisa melihat sisi manusiawi kuntilanak, seperti dikatakan Asmara Abigail, pemeran Kanthi.

"Semoga kita makin sayang sama kuntilanak,” ujar Asmara.


Baca juga: Asmara Abigail: "Semoga kita makin sayang kuntilanak"

Baca juga: "Kuntilanak 2" film horor pertama yang raih 1,7 juta penonton di 2019

Baca juga: Tujuh film horor Indonesia yang banyak dibicarakan sepanjang 2019

 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020