Pada bulan Januari menuju Februari di sinilah puncak inklinasi karena matahari bergeser dari arah utara dengan kemiringan tertentu menuju arah selatan garis khatulistiwa
Palu (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu, Sulawesi Tengah menyebutkan bahwa suhu panas di kota itu meningkat akibat dipicu puncak inklinasi atau jarak antara matahari dan bumi cukup dekat.

"Pada bulan Januari menuju Februari di sinilah puncak inklinasi karena matahari bergeser dari arah utara dengan kemiringan tertentu menuju arah selatan garis khatulistiwa," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu Nur Alim, di Palu, Senin.

Dia menjelaskan bahwa meskipun beberapa waktu terakhir terik matahari di Kota Palu cukup menyengat, namun hasil analisis BMKG menyatakan suhu panas itu masih dalam parameter normal.

Ia menambahkan bahwa suhu panas ekstrem terjadi ketika naik tiga derajat Celsius dari suhu normal.

"Suhu panas 37 derajat Celsius masih normal, ketika meningkat hingga 40 derajat Celsius berarti masuk kategori cuaca ekstrem atau suhu panas ekstrem," katanya.

Menurut dia  Sulawesi Tengah merupakan daerah ekuatorial atau daerah yang berada di garis khalulistiwa dengan kondisi cuaca yang sulit diprediksi sehingga Kota Palu dan sekitarnya disebut iklim yang unik, termasuk topografinya, di mana justru curah hujan tinggi sering kali jatuh di wilayah pinggiran atau pegunungan di sekitar Lembah Palu.

Analisis BMKG menilai rata-rata 10 hingga 15 tahun terakhir cuaca di Ibu Kota Sulawesi Tengah masih relatif normal.

Pada Senin (27/1) puncak suhu panas di kota itu hingga pukul 12.30 WITA mencapai 36 derajat Celsius, kondisi ini kemungkinan bisa berlangsung beberapa hari kedepan.

"Justru cuaca wilayah di pinggiran Kota Palu seperti Kabupaten Sigi dan Donggala khususnya di pegunungan berpotensi hujan ringan hingga hujan sedang," kata Alim.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Palu Huzaimah mengimbau warga Palu supaya memperbanyak mengonsumsi air putih agar tidak mengalami dehidrasi ketika mengahdapi suhu panas yang menyengat seperti saat ini.

"Jangan sampai tenggorokan kering, selalu bawa air minum paling tidak satu tegukan agar tenggorokan selalu lembab jika beraktivitas di luar ruangan," katanya.

Jika kerongkongan dibiarkan kering pada suhu panas tertentu maka bisa memicu bakteri masuk ke dalam tubuh dengan mudah, apalagi daya tahan tubuh melemah, sehingga influenza sangat rentan menular, termasuk mengalami radang tenggorokan, demikian Huzaimah.

Baca juga: BMKG ingatkan nelayan waspada cuaca buruk di perairan Sulawesi

Baca juga: Masyarakat Sulteng diimbau antisipasi dampak kekeringan

Baca juga: BMKG: tsunami Palu dan Selat Sunda ilmu baru


 

Pewarta: Muhammad Hajiji/Moh Ridwan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020