sistem remote sensing dapat memberi peringatan dini terhadap wilayah-wilayah yang akan terdeteksi oleh bencana alam seperti banjir atau kekeringan.
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Galuh Octania menginginkan metode Kerangka Sampel Area yang digunakan Badan Pusat Statistik dapat dikembangkan dengan penginderaan jauh dalam rangka membenahi sektor pangan dan produksi panen Nusantara.

"Ke depan, penggunaan Kerangka Sampel Area (KSA) dalam menentukan luas panen dan produksi padi dapat pula dilengkapi dengan pengembangan remote sensing yang menggunakan penginderaan jarak jauh sehingga hasil akurat yang didapat juga dipengaruhi oleh perhitungan lewat satelit yang akurat," kata Galuh Octania di Jakarta, Senin.

Menurut dia, hal tersebut penting karena luas panen dan produksi yang didasarkan pada perhitungan yang akurat dapat menjadi rujukan utama dalam menentukan kebijakan pangan.

Baca juga: Pemerintah perlu pastikan sinkronisasi data landasan kebijakan impor

Ia berpendapat bahwa sistem remote sensing dapat memberi peringatan dini terhadap wilayah-wilayah yang akan terdeteksi oleh bencana alam seperti banjir atau kekeringan.

"Tentunya pengembangan remote sensing harus dilakukan dengan baik antar kementerian dan lembaga terkait, seperti dengan BIG (Badan Informasi Geospasial), Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) dan juga BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). Sinergi antar kementerian/lembaga terkait harus terus dilaksanakan dengan optimal agar kolaborasi dapat menghasilkan perhitungan yang akurat," ucapnya

Sebelumnya, pemerhati sektor pertanian Kadir Ruslan menyatakan penggunaan metode Kerangka Sampel Area (KSA) yang telah dilaksanakan dinilai efektif dalam memperbaiki data pangan yang sebelumnya sempat diragukan karena menggunakan metode lain.

"Data-data yang digunakan dalam KSA diperoleh dari citra satelit dan pemetaan radar. Setelah itu akan ada pemeriksaan langsung ke lapangan untuk memastikan data koordinat yang ada di lokasi tersebut. Data kemudian difoto dan dimasukkan ke dalam sistem Android yang mengunci koordinat lahan sawah," kata Kadir.

Sebagaimana diketahui, metode Kerangka Sampel Area mulai digunakan sejak Januari 2018 untuk memperbaiki data produksi padi. BPS akhirnya mengeluarkan data pangan yang terkoreksi, yaitu data luas baku sawah yang berkurang dari 7,75 juta hektare pada tahun 2013 menjadi 7,1 juta hektare tahun 2018.

Kadir mengungkapkan setelah kemerdekaan kegiatan pengumpulan data dilakukan oleh BPS yang bekerja sama dengan Kementerian Pertanian (Kementan). Untuk mengatasi perbedaan, Kementan dan BPS menyepakati kegiatan pengumpulan data bersama sejak 1973. Secara garis besar, dilakukan penyeragaman dalam perhitungan produksi padi dan palawija nasional dan menugaskan BPS sebagai koordinator.

Sistem perhitungan sebelumnya mengintegrasikan dua sistem pengumpulan data yang berbeda yaitu laporan administrasi untuk pengumpulan informasi luas tanaman (termasuk luas panen) dan metode statistik (survey sampling) untuk estimasi produktivitas.

Baca juga: Kementan-Kemenhub akan kerja sama percepat distribusi pangan

Selanjutnya angka produksi yang didapat merupakan hasil perkalian antara luas panen dan produktivitas. Pengumpulan informasi luas tanaman menjadi tanggung jawab Kementan. Sementara itu BPS bertanggung jawab atas data produktivitas yang didapat melalui Survei Ubinan.

Metode Kerangka Sampel Area dapat didefinisikan sebagai daftar bidang lahan atau segmen yang memiliki batas yang jelas dan dapat diidentifikasi. Dalam sensus atau survei, segmen-segmen tersebut diperlakukan sebagai unit statistik untuk diamati.

Untuk memperkirakan luas panen padi, KSA di Indonesia diimplementasikan dengan menggabungkan peta luas baku lahan sawah yang didapat dari teknologi penginderaan jauh (citra satelit) sebagai kerangka pengambilan sampel dan memanfaatkan perangkat Android untuk observasi lapangan.

"Penggunaan KSA dinilai jauh lebih efektif daripada metode pengumpulan data konvensional yang salah satu menggunakan eye estimate. Bekerja sama dengan Badan Informasi Geaospasial (BIG) dan BPPT, BPS mengoperasikan metode KSA dengan menggunakan data dari citra satelit yang akurat karena pengambilan data disesuaikan dengan titik koodinat langsung," katanya.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020