Makassar (ANTARA) - Branch Manager PT Solid Gold Berjangka Cabang Makassar Kezia Pingkan D Massie mengatakan, epidemik virus Corona jauh lebih besar dibandingkan epidemik virus SARS dalam menghadapi respon pasar untuk saham emas berjangka.

"Epidemik corona lebih besar dibanding SARS yang terjadi pada 2002-2003 penurunannya 3.729 poin, tapi yang sekarang epidemik Corona untuk bulan Januari saja itu penurunannya 3.342 poin untuk emas berjangka," kata Kezia di Makassar, Selasa.

Dia mengatakan, dengan dua kasus epidemik itu dapat menjadi pembanding untuk epidemik SARS yang satu tahun dan Corona yang satu bulan saja itu lebih signifikan direspon pasar.

Baca juga: Bahana Sekuritas: Sentimen corona terhadap pasar saham mulai terbatas

Dilihat dari selisih poin penurunan saham emas berjangka tersebut yakni 387 poin, artinya hampir seratus persen epidemik corona yang sebulan menyamai kondisi pasar ketika epidemik SAR yang terjadi dalam kurun setahun.

Hanya saja, lanjut dia, dari perkembangan terakhir World Health Organization (WHO) sudah mengeluarkan pemberitahuan bahwa secara mendasar pemerintah China sudah memberikan tindakan-tindakan untuk penanganan virus Corona.

Menurut dia, naik turunnya poin tersebut setidaknya ditentukan empat pasar saham besar yakni Australia, Asia, Eropa dan Amerika Serikat.

Baca juga: Bursa saham China dibuka jatuh sekitar 2 persen, tertekan Virus Corona

"Sehingga apa yang terjadi di Asia, tentu juga akan mempengaruhi saham di pasar lainnya," katanya sembari mengimbuhkan, namun diharapkan
itu tidak terjadi sampai satu semester.

Optimistis ini dengan mencermati perkembangan di lapangan bahwa dengan penanganan yang optimal dilakukan China, indeks saham emas berjangka penurunannya pada awal Februari hanya berkisar 100 poin.
Branch Manager PT Solid Gold Berjangka Cabang Makassar Kezia Pingkan D Massie (tengah) di Makassar memperkenalkan aplikasi untuk transaksi saham emas berjangka PT Solid Gold Berjangka di pasar saham, Selasa (4/2/2020). ANTARA Foto/Suriani Mappong

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020