Kami harapkan Bandara Jenderal Besar Soedirman akan menjadi kebanggaan baru dan mendukung perekonomian di Jawa Tengah
Jakarta (ANTARA) - Pembangunan Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga, Jawa Tengah, berjalan lancar dan melampaui target sehingga diharapkan bisa segera beroperasi.

Progres terbaru, konsep desain terminal penumpang pesawat telah disetujui dalam rapat antara President Director PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, dan Komandan Lanud J.B. Soedirman Letkol Pnb Ari Sulanjana.

“Secara umum, Gubernur Jawa Tengah dan Bupati Purbalingga telah sepakat dengan desain yang diusulkan PT Angkasa Pura II karena mengadopsi budaya Purbalingga dan Jawa Tengah,” ujar Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Adapun konsep desain terminal Bandara Jenderal Besar Soedirman terinspirasi Gunung Slamet dan Sungai Serayu.

“Gunung Slamet adalah gunung yang mempersatukan Kabupaten Purbalingga dengan kabupaten di sekitarnya. Sementara itu, Sungai Serayu bagi masyarakat Banyumas memiliki makna sangat penting yang terkait dengan alam semesta.”

Bandara Jenderal Besar Soedirman sendiri memang akan membuka akses transportasi udara bagi Barlingmascakeb, yaitu Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen.

“Di gedung terminal penumpang, Gunung Slamet ditransformasikan menjadi bentuk atap Joglo di tengah. Sementara itu Sungai Serayu ditransformasikan menjadi bentuk lengkung sebagai atap di sisi kiri dan kanan. Kami menyebut keseluruhan konsep desain ini sebagai Dynamic meet Geometric,” ungkap Muhammad Awaluddin.

Terminal juga mengadopsi warna tembaga pada pagar pendopo khas Purbalingga, serta warna natural dari kondisi alam Purbalingga.

Selain itu, interior terminal diperkaya dengan ornamen ukiran khas Purbalingga, motif Batik Gowa Lawa, serta kerajinan Wayang Suket.

“Tidak lupa, konsep interior mengusung bentuk tandu yang diadaptasi menjadi geometris. Kita tahu, bahwa tandu adalah simbol daya juang Jenderal Besar Soedirman yang pantang menyerah saat bergerilya,” ujar Muhammad Awaluddin.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan desain terminal sudah mengedepankan kearifan dan budaya lokal.

"Kami harapkan Bandara Jenderal Besar Soedirman akan menjadi kebanggaan baru dan mendukung perekonomian di Jawa Tengah."

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi menuturkan kehadiran Bandara Jenderal Besar Soedirman sudah dinantikan sejak lama.

"Masyarakat Purbalingga dan eks Karesidenan Banyumas sudah menantikan beroperasinya bandara ini," ujar Bupati Purbalingga.

Total, terminal penumpang memiliki luas 1.353 meter persegi, terdiri dari lobby keberangkatan, baggage pick up dan breakdown, commercial zone, office zone, musholla, toilet, boarding lounge, area security check point, baggage claim, dan service zone.

Adapun kapasitas terminal dapat menampung sekitar 200.000 penumpang pesawat setiap tahunnya.

Per 2 Februari 2020, konstruksi ditargetkan mencapai 21,67 persen namun ternyata realisasi saat ini justru lebih tinggi yakni hingga 44,85 persen.

Pembangunan di sisi udara itu adalah proyek runway berukuran 1.600 x 30 meter (progres konstruksi 52,73 persen lalu apron domestik berukuran 69x103 meter dan taxiway berukuran 25x110 meter (progres 39,42 persen serta apron dan taxiway TNI AU progres 44,23 persen

Muhammad Awaluddin mengatakan PT Angkasa Pura II memang mempercepat pembangunan runway untuk melayani pesawat ATR 72 dan sejenisnya agar bandara sudah bisa digunakan untuk melayani penumpang pada periode Angkutan Lebaran 2020.

“Landas pacu akan selesai supaya Bandara Jenderal Besar Soedirman bisa beroperasi secara terbatas untuk Angkutan Lebaran 2020, dengan memanfaatkan gedung terminal Landasan Udara yang saat ini sudah ada,” katanya.

Baca juga: AP II lanjutkan pengembangan Bandara Jenderal Besar Soedirman
Baca juga: Menteri BUMN minta pembangunan Bandara Jenderal Besar Soedirman 24 jam


Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020