Jakarta (ANTARA) - Yayasan kanker Payudara Indonesia (YKPI) menghibahkan satu unit mobil kemoterapi dan terapi sistemik kepada RS Kanker Dharmais sebagai upaya meningkatkan pelayanan serta memacu motivasi pasien agar tetap memiliki semangat dalam menjalankan pengobatannya.

"Sesuai data peningkatan jumlah pasien kanker, terutama kanker payudara, terus meningkat maka perlu diantisipasi. Karena itu YKPI berupaya mewujudkan kebutuhan mobil kemoterapi dan terapi sistemik," kata Ketua YKPI Linda Agum Gumelar dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

YKPI sebagai mitra pemerintah yang telah bekerja sama dengan RS Kanker Dharmais sejak 2005, melihat kondisi nyata di lapangan dimana jumlah pasien, khususnya peserta BPJS, dengan antrean cukup panjang.

"Kami pun pernah merasakan beratnya dampak fisik, finansial dan psikologis yang dialami oleh pasien kanker dan keluarga," ucap Linda.

Linda pun menyampaikan harapannya kepada semua pihak untuk memberikan dukungan dan perhatian penuh kasih sayang kepada para pasien kanker.

PLT Direktur Utama RS Kanker Dharmais Dr.dr.Iwan Dakota,Sp.JP(K), MARS dalam sambutannya mengharapkan dengan adanya mobil kemoterapi tersebut dapat meminimalisir antrean pasien di rawat inap dan rawat jalan.

Selain itu juga dapat menyosialisasikan kemoterapi untuk pasien kanker khususnya pasien kanker payudara secara tepat waktu dan tepat sasaran, mempermudah akses untuk mendapatkan pengobatan kemoterapi serta mempromosikan Rumah Sakit Kanker Dharmais dan YKPI.

"Selain itu diharapkan para pasien yang belum tertampung antrean kemoterapi dari RSKD maupun RS Jejaring/binaan RSKD dapat terfasilitasi dengan adanya pelayanan mobil kemoterapi dan terapi sistemik ini," ujarnya.

Berdasarkan data Globocan 2018, di Indonesia kasus baru kanker payudara sebesar 30,9 persen yang juga merupakan jenis kanker tertinggi atau sebesar 58,256 dari total 188,231 kasus baru kanker di Indonesia.

Tercatat pula sekitar 70 persen pasien kanker payudara di Indonesia yang datang ke dokter sudah dalam stadium lanjut (stadium III dan IV). Angka ini masih terlalu tinggi dibandingkan dengan data di dunia.

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020